Mohon tunggu...
Dhany Wahab
Dhany Wahab Mohon Tunggu... Penulis - Lembaga Kajian Komunikasi Sosial dan Demokrasi [LKKSD]

IG/threads @dhany_wahab Twitter @dhanywh FB @dhany wahab Tiktok @dhanywahab

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

90 Hari Bersembunyi

1 Juni 2020   16:15 Diperbarui: 2 Juni 2020   17:53 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama kali mendengar kemunculannya seakan kita tak peduli. Sebab masih berada nun jauh di Wuhan, China -- negeri seberang samudera yang kita dengar cuma nama. Awalnya tidak sedikit yang menganggap remeh dan biasa terlebih tak nampak mata.

Mendadak dunia menjadi cemas luar biasa dan resah karenanya. Korban berjatuhan tak mengenal pilih kasih hingga banyak negara kalang kabut dibuatnya. Corona, meski namamu terucap indah namun kita tak sudi berkarib denganmu.

Banyak orang kaget tersentak ketika kota suci Mekah dan Madinah terkunci tak boleh dikunjungi tuk beribadah. Pemerintah Arab Saudi mesti mengambil langkah mencegah kuatir wabah menyebar tak tentu arah.

Indonesia negeri zamrud katulistiwa tak luput Corona bertandang bak tamu tak diundang. Istana mengabarkan kali pertama ada warga terinfeksi Covid-19 pada hari kedua bulan maret tahun dua ribu dua puluh. Dari sini semua bermula negeri ini mulai waspada sebab Corona sudah berada ditengah kita.

Setiap hari muncul berita, jumlah warga yang positif Covid-19 kian bertambah. Rumah sakit dan para medis selalu siaga menyambut saudara kita yang terpapar Corona. Dari hari ke hari korban meninggal tak terbendung lagi grafiknya terus meninggi.

Bencana non alam virus Covid-19 melanda negeri, status darurat kesehatan kontan ditetapkan. Pemerintah dan masyarakat bergandeng tangan untuk mencegah sebaran virus tak makin luas berkembang.

Dunia mulai menutup pintu, mengunci rapat seluruh penjuru, menghadang Covid-19 yang datang tanpa permisi. Di tanah air mulai ramai bergulir segala usul untuk menghalau Corona. Hingga akhirnya kita harus taati ketentuan pembatasan sosial berskala besar alias PSBB.

Seluruh warga diharap bersembunyi, mengurung diri tanpa kecuali. Belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan beribadah tetap di rumah. Sungguh ini pengalaman pertama yang harus kita jalani, gerak aktifitas dibatasi, banyak rencana yang mesti dijadwal lagi.

Hari berganti, bulan berlalu tak terasa kita rasakan kehidupan yang tak biasa. Jalanan sunyi laksana kota mati, rutinitas dikurangi guna menghindari virus tak menghinggapi.

Bosan tak berujung, jenuh tak bertepi yang dirasa oleh kebanyakan orang karena terisolasi. Warga dihimbau untuk menjaga diri agar mata rantai penyebaran Covid-19 bisa segera diamputasi.

Kini kita menghitung waktu, genap sudah sembilan puluh hari pandemi membersamai. Lebih dari 1.600 orang yang telah meninggal pergi. Sebanyak 26 ribu orang lebih sedang dirawat dan berjuang agar terbebas dari infeksi virus ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun