Kedaruratan yang memberikan makna bagi kita untuk mentadaburi setiap peristiwa yang terjadi di alam semesta. Manusia hanya bisa berencana dan berusaha, namun Allah SWT yang mempunyai kuasa untuk menghadirkan setiap kehendak-Nya. Maka ketika cobaan dan ujian datang melanda mendekatlah kepada Sang Maha Pencipta sesuai syariat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allâh, maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allâh. [Al-Jinn/72:18]
Kerinduan suara adzan berkumandang, memuji kebesaran Allah SWT, menyeru setiap insan untuk meraih kemenangan. Adzan adalah seruan dan undangan bagi seorang mukmin untuk menjalani isra dan mi’raj menjumpai dan pada saatnya menyatu padu dengan dzat penguasa qolbu. Suara adzan dan jawaban yang mendengarnya memperbaharui ikrar dan keimanan seseorang.
Sesudah adzan dikumandangkan dilanjutkan dengan doa sebagaimana yang sudah kita hafal. Doa sesudah adzan tersebut intinya untuk mengingatkan kelemahan kita sebagai hamba dan keagungan Allah SWT yang wajib disembah. Tiada penyelamatan tanpa peribadahan. Esensi ibadah adalah doa dengan sepenuh jiwa raga memohon pertolongan dari Illahi Robbi.
Doa adalah senjata orang mukmin. Doa merupakan kebutuhan kita yang hakikatnya merupakan hamba yang selalu bergantung pada Allah. Namun, sebagian dari kita masih banyak yang malas berdoa ataupun ragu dan tidak yakin pada doanya sendiri, padahal Allah Ta’ala telah berfirman,
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka, hendaknya mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.“ (Q.S Al-Baqarah: 186)
Adzan tetaplah berkumandang, memanggil setiap orang-orang beriman untuk memanjatkan doa pada yang Maha Kuasa. Meminta pertolongan agar virus Corona segera menghilang. Kami merindukan ramadhan tanpa rasa cemas dan ketakutan. Waallahu a’lam bishawab.**