Mohon tunggu...
Dhany Wahab
Dhany Wahab Mohon Tunggu... Penulis - Lembaga Kajian Komunikasi Sosial dan Demokrasi [LKKSD]

IG/threads @dhany_wahab Twitter @dhanywh FB @dhany wahab Tiktok @dhanywahab

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berharap Berkah ala Mpok Minah

2 Mei 2020   21:00 Diperbarui: 2 Mei 2020   21:01 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbeda dengan hari-hari biasanya, semenjak bulan puasa ia selalu berkeliling di sore hari. Menjajakan rupa-rupa makanan untuk berbuka puasa, seperti kolak, lontong, risoles, gorengan dan masih banyak lainnya.

Para ibu biasa memanggil perempuan bernama Aminah itu dengan sebutan Mpok Minah. Sudah cukup lama berjualan dari kampung ke kampung sekedar untuk menyambung hidup. Tubuhnya yang sudah terlihat renta menggendong bakul, sedangkan di tangan kanan kirinya menjinjing tas kresek.

Mpok Minah adalah potret perempuan yang tak kenal lelah, sedari pagi belanja bahan-bahan di pasar, memasak dan mengolah sendiri serta menjajakannya dari rumah ke rumah. Rasanya cukup lumayan dengan harga yang masih seribuan.

Gimana jualannya di bulan puasa mpok? tanyaku

Alhamdulillah pak, lumayan, jawabnya

Emang gak takut Corona masih keliling aja, kata istriku

Ya bu kalo gak jualan, siapa yang mau ngasih duit, katanya.

Tapi jadi muter-muter dong kan gang banyak yang ditutup portal, tanyaku.

Ya penting mah masih boleh masuk pak, pasrah aja semoga gak kenapa-napa, ujarnya.

Begitu polos dan apa adanya Mpok Minah menghadapi wabah Corona yang sedang mengancam di sekitar kita. Kepasrahan dan ikhtiarnya di kala musim pandemi mengalahkan rasa takutnya untuk terus berkeliling membawa barang dagangannya.

Mpok Minah tak berniat untuk melawan aturan agar tetap #dirumahsaja, namun tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang membuatnya tetap berjualan. Penghasilan suaminya sebagai buruh harian masih jauh dari cukup untuk makan bersama tiga orang anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun