Mohon tunggu...
Dhanang Pradipta
Dhanang Pradipta Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Ilmu Sejarah

Mahasiswa Ilmu Sejarah, Hobi Makan terlebih lagi Mie Ayam. Menekuni digital content, tapi masih coba coba ajasih. ehe.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pasar Pandegiling & Aktivitas Ekonomi di Jantung Kota Surabaya

15 Juni 2020   00:45 Diperbarui: 15 Juni 2020   00:45 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Pandegiling pada tahun 1930, Sumber : Facebook

Kawasan Pandegiling jaman dulu terkenal dengan sebutan jalan tamarindelaan (masa hindia belanda). Ditinjau dari ejaan dan tata bahasanya tamarind berasal dari bahasa Inggris yang berarti sebagai buah asem atau lebih familiar disebut asem Jawa bagi orang bumiputera. Pandegiling sendiri kawasan yang cukup tua di kota Surabaya,ini terbukti dengan adanya nama Pandegiling dalam peta lama kota Surabaya.

Saat itu membujur dari timur ke barat,kawasan Pandegiling dipenuhi kebun tebu,sempat pula ada Suikerfabriek atau pabrik gula yang terletak di daerah grudo (sekitar Pandegiling) tapi dipindah oleh pemerintah hindia belanda sendiri karena sebab tertentu.

Didekat Jalan Pandegiling sendiri ada sebuah kawasan yang bernama "Stal" menurut arti bahasa sendiri adalah kandang kuda yang digunakan untuk menyimpan para kuda dan digunakan untuk menarik dokar pada jaman kolonial, di daerah ini juga terdapat stasiun kecil yang digunakan oleh Trem pada masa itu untuk menaik - turunkan penumpang yang ada

Stasiun Tamarin de laan atau Pandegiling tahun 1930 Sumber : Facebook
Stasiun Tamarin de laan atau Pandegiling tahun 1930 Sumber : Facebook

Menurut Rony (34), pegiat Sejarah Kota Surabaya menyebutkan bahwa Pandegiling sendiri berasal dari kata "pande" dalam bahasa jawa bisa berarti tukang, seperti pande besi dsb,sedangkan kata "giling" artinya menghancurkan sesuatu dengan cara diputar atau digiling. Terdapat roda penggilas yang terbuat dari kayu.

Roda penggilas ini digerakkan berkali-kali memutari meja penggilingan. Kemudian dijalankan secara manual agar kulit padi dapat terpisah dan menghasilkan beras yang bersih.

Cara demikian masih digunakan di pelosok-pelosok Jawa hingga tahun 60-an. Kala itu para pria yang menekuni pekerjaan tersebut dijuluki Pande Giling atau Tukang Giling.

Oleh Sebab itu masyarakat bumiputera (jaman dulu) selalu menandai atau menamakan sebuah kawasan berdasarkan suatu peristiwa yang dulu pernah terjadi,bertujuan supaya diingat oleh anak cucu secara turun temurun.

Lukisan pria Jawa di gudang penggilingan padi tahun 1820 -- 1860 karya J.C Rappard Sumber : Facebook
Lukisan pria Jawa di gudang penggilingan padi tahun 1820 -- 1860 karya J.C Rappard Sumber : Facebook

Pada era dibawah 1978-an setidaknya ada dua yang tercatat sebagai tempat hiburan di daerah Pandegiling. Pertama Bioskop Darmo, Bioskop yang sangat terkenal di jamannya. Film-film yang diputar kebanyakan menampilkan film-film india. Penonton pun sangat menikmati jalannya film tersebut.

Keunikan yang lain dari bioskop Darmo ialah sepulang dari menonton pasti kukur-kukur atau garuk-garuk. Pasalnya kursi rotan yang diduduki banyak kutu busuk hehe Kedua, Gedung Ludruk atau Wayang orang Setio Pandhowo terletak di pojokan jalan Pandegiling dan Kupang Segunting gang I.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun