Mohon tunggu...
Dhamar Achmad Nabawi
Dhamar Achmad Nabawi Mohon Tunggu... Mahasiswa

seorang yang suka menonton film

Selanjutnya

Tutup

Film

Review film Koe No Katachi (A Silent Voice)

23 September 2025   17:55 Diperbarui: 24 September 2025   08:55 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film Koe no Katachi adalah salah satu karya yang meninggalkan jejak emosional dalam hati banyak penontonnya. Dari awal, film ini langsung mengajak kita masuk ke dalam dunia remaja yang penuh dengan kebodohan, rasa ingin tahu, sekaligus kejamnya dinamika sosial di sekolah. Shouya Ishida, seorang anak yang dulu merasa dirinya populer, dengan mudahnya menjadikan Shouko Nishimiya, seorang gadis tunarungu, sebagai sasaran ejekan. Adegan-adegan perundungan yang ditampilkan tidak dibuat berlebihan, tapi justru terasa realistis, sehingga penonton bisa merasakan sakitnya diperlakukan berbeda hanya karena memiliki kekurangan.

Namun, keindahan film ini bukan hanya tentang memperlihatkan luka. Justru kekuatannya ada pada perjalanan panjang untuk menyembuhkan luka itu sendiri. Setelah Shouya merasakan dirinya dikucilkan, dunia yang tadinya penuh warna berubah menjadi hampa baginya. Simbol "X" di wajah orang-orang yang ia lihat adalah cara bagaimana film ini menggambarkan keterasingannya, bahwa ia tidak lagi mampu menatap orang lain secara langsung. Perjalanan inilah yang menjadi inti cerita, sebuah usaha untuk menebus kesalahan, membangun kembali hubungan, dan belajar memaafkan diri sendiri.

Sinematografi karya Kyoto Animation membuat kisah ini semakin dalam. Warna-warna lembut, framing yang penuh simbol, hingga penggunaan air sebagai metafora keterpurukan emosional membuat setiap adegan terasa bermakna. Yang paling menarik, film ini berani menggunakan keheningan sebagai kekuatan. Ada momen-momen di mana suara menghilang, bukan karena teknis, tapi sebagai cara untuk membawa penonton masuk ke dunia Shouko, agar kita bisa merasakan bagaimana ia berinteraksi dengan dunia tanpa suara.

Musiknya pun mendukung dengan sangat baik. Alih-alih penuh dengan melodi besar yang dramatis, soundtrack Koe no Katachi di desain sederhana dan minimalis. Melodi piano yang lembut, suara yang kadang nyaris tak terdengar, justru semakin memperkuat emosi. Ini bukan film yang ingin membuat penonton menangis dengan cara dipaksa, tetapi ini film yang memberi ruang untuk merasakan dengan jujur.

Yang membuat film ini istimewa adalah pesan di balik ceritanya. Koe no Katachi tidak hanya berbicara tentang bullying, tapi juga tentang kesalahan masa lalu yang selalu menghantui, tentang depresi yang membuat seseorang merasa tidak layak hidup, dan tentang betapa beratnya perjalanan untuk berdamai dengan diri sendiri. Pada akhirnya, film ini menunjukkan bahwa meskipun luka tidak pernah benar-benar hilang, selalu ada harapan untuk tumbuh, untuk memaafkan, dan untuk melihat dunia kembali dengan tatapan yang jernih.

Bagi banyak orang, film ini bukan sekadar tontonan, tapi sebuah pengalaman emosional yang membuat kita merenung tentang bagaimana sikap kecil kita terhadap orang lain bisa memberi dampak besar, baik itu melukai maupun menyembuhkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun