Mohon tunggu...
Dhaffa Afriandito
Dhaffa Afriandito Mohon Tunggu... mahasiswa

DENGAN MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH SAYA MAKA SAYA MEMBUAT ARTIKEL INI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Praktik Profesional dalam RPL Penting untuk Industri Teknologi Masa Kini

9 Mei 2025   20:12 Diperbarui: 9 Mei 2025   20:12 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa Praktik Profesional dalam Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) Penting untuk Industri Teknologi Masa Kini  

Dalam era digital yang berkembang pesat, peran Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) semakin vital. Namun, banyak praktisi yang masih menganggap pengembangan software sekadar "coding" tanpa memperhatikan aspek profesional seperti etika, manajemen proyek, dan standar kualitas. Padahal, Software Engineering Professional Practice adalah fondasi untuk menciptakan perangkat lunak yang andal, aman, dan berkelanjutan. Fenomena ini perlu dikaji lebih dalam karena dampaknya yang signifikan terhadap keberhasilan proyek teknologi di berbagai sektor.  

Masalah mendasar yang sering ditemui adalah banyak developer, terutama di startup, yang terlalu berfokus pada kecepatan rilis produk tanpa mempertimbangkan aspek kualitas secara menyeluruh. Mereka cenderung mengabaikan pentingnya kode yang terstruktur dengan baik, dokumentasi yang memadai, dan prinsip keamanan yang harus diterapkan sejak awal. Studi oleh Damian dan rekan-rekan (2018) dalam Journal of Software Engineering Research and Development mengungkapkan fakta yang mencengangkan bahwa hanya 30% tim software yang secara konsisten melakukan code review, padahal ini adalah praktik dasar dalam RPL profesional. Temuan ini menunjukkan betapa rendahnya kesadaran akan pentingnya standar profesional dalam pengembangan perangkat lunak. Banyak perusahaan tampaknya lebih memilih untuk mengorbankan kualitas demi kecepatan, tanpa menyadari bahwa pendekatan seperti ini justru akan menimbulkan technical debt yang membebani proyek di masa depan.  

Dampak dari pengabaian praktik profesional dalam RPL ternyata sangat serius dan multidimensi. Salah satu konsekuensi paling nyata adalah munculnya technical debt yang akan semakin membebani proyek seiring berjalannya waktu. Kode yang tidak terstruktur dengan baik akan menyulitkan proses pengembangan selanjutnya, dan yang lebih mengkhawatirkan, biaya perbaikan atau refactoring bisa mencapai sepuluh kali lipat dibandingkan jika dilakukan dengan benar sejak awal. Selain itu, aspek keamanan sering kali menjadi korban dari ketergesaan dalam pengembangan. Banyak kasus kebocoran data yang sebenarnya bisa dihindari jika prinsip secure coding diterapkan secara konsisten. Penelitian Scandariato dan tim (2017) yang dipublikasikan dalam e-Informatica Software Engineering Journal menyatakan bahwa sekitar 80% kerentanan software sebenarnya dapat dicegah melalui penerapan praktik pengembangan yang aman. Tidak hanya itu, kolaborasi tim juga menjadi tidak efisien ketika standar pengembangan tidak diterapkan dengan baik. Dokumentasi yang buruk atau tidak ada akan membuat proses onboarding developer baru menjadi sangat menyita waktu dan sumber daya.  

Lalu, bagaimana solusi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya praktik profesional dalam RPL? Pendidikan memegang peranan krusial dalam membentuk mindset yang benar tentang rekayasa perangkat lunak. Kurikulum RPL di berbagai institusi pendidikan perlu lebih menekankan aspek-aspek seperti etika dalam pengembangan software, manajemen proyek yang efektif, dan jaminan kualitas produk. Pembelajaran tidak boleh hanya berfokus pada teori, tetapi harus mencakup studi kasus nyata yang menunjukkan konsekuensi dari pengabaian standar profesional, seperti kegagalan proyek IT berskala besar. Di tingkat industri, penerapan metodologi Agile dan DevOps perlu dilakukan dengan pemahaman yang tepat. Banyak yang salah mengartikan Agile sebagai alasan untuk tidak membuat dokumentasi, padahal seharusnya Agile mendorong dokumentasi yang efisien dan tepat sasaran. Sementara itu, DevOps seharusnya tidak hanya berfokus pada otomatisasi deployment, tetapi juga mencakup automated testing dan continuous security checks untuk memastikan kualitas produk. Selain itu, sertifikasi profesional seperti IEEE Certified Software Development Professional (CSDP) atau ISTQB seharusnya menjadi standar yang didorong oleh perusahaan-perusahaan teknologi. Pemerintah juga bisa berperan dengan membuat regulasi yang mendorong penerapan standar seperti ISO/IEC 29110 khususnya untuk perusahaan rintisan di bidang teknologi.  

Pada akhirnya, praktik profesional dalam RPL bukanlah beban atau biaya tambahan, melainkan investasi jangka panjang untuk menciptakan produk digital yang berkelanjutan. Industri teknologi perlu bergeser dari mindset "cepat rilis" menuju paradigma "rilis dengan kualitas". Dengan pendekatan yang lebih profesional, kita tidak hanya mengurangi risiko kegagalan proyek dan kerentanan keamanan, tetapi juga membangun ekosistem pengembangan software yang lebih sehat dan berdaya saing tinggi. Perubahan ini harus dimulai dari kesadaran kolektif seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pendidikan tinggi, praktisi industri, hingga pembuat kebijakan.

 
Referensi Jurnal:
1. Damian, D., et al. (2018). "Investigating the effectiveness of peer code review in distributed software development based on objective and subjective data." Journal of Software Engineering Research and Development. DOI: [10.1186/s40411-018-0065-1](https://doi.org/10.1186/s40411-018-0065-1).  
2. Scandariato, R., et al. (2017). "A Comparative Analysis of Metaheuristic Feature Selection Methods in Software Vulnerability Prediction." e-Informatica Software Engineering Journal. DOI: [10.1016/j.jss.2025.112469](https://doi.org/10.1016/j.jss.2025.112469).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun