Mohon tunggu...
Muhammad Dhafa
Muhammad Dhafa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Akun ini dibuat untuk kepentingan tugas islam dan budaya jawa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Tradisi Tahlilan dan Yasinan

6 Oktober 2025   17:43 Diperbarui: 6 Oktober 2025   17:43 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://bincangsyariah.com/khazanah/hukum-mengadakan-acara-yasinan-dan-empat-puluh-harian/

Budaya tahlilan dan yasinan adalah tradisi keagamaan Islam yang tumbuh dan berkembang di Indonesia sebagai manifestasi religius masyarakat Muslim.Budaya ini juga menyebar pada wilayah sekitar saya yaitu Weru di Sabupaten Sukoharjo. Tradisi ini memiliki fungsi utama sebagai bentuk pengamalan doa bersama yang bertujuan mendoakan orang yang sudah meninggal dunia.Tradisi tahlilan dan Yasinan biasanya dilakukan pada malam pertama setelah seseorang meninggal dunia dan diteruskan pada malam-malam tertentu setelah itu, seperti pada hari ke-7, hari ke-40, hari ke-100, dan hari ke-1000 setelah kematian. Biasa disebut dengan istilah mitung ndino, matangpuluh, nyatus, dan nyewu. 

Tahlilan adalah ritual doa dan dzikir yang biasanya diadakan secara berkala, terutama saat ada kematian dalam keluarga atau masyarakat. Doa tahlil yang meliputi pembacaan kalimat tauhid dan dzikir .Yasinan adalah tradisi pembacaan Surat Yasin dari Al-Qur'an yang juga dilakukan secara berjamaah. Selain sebagai doa untuk orang yang telah meninggal, yasinan dipercaya memiliki kekuatan spiritual untuk memberikan ketenangan dan keberkahan. Tradisi ini juga mengandung nilai pendidikan karakter seperti toleransi dan kepedulian sosial di antara masyarakat.

Pada malam pertama sampai malam ke tujuh, tahlilan dan Yasinan biasanya dihadiri oleh keluarga dan tetangga yang berkumpul di rumah almarhum. Selama acara tahlilan dan Yasinan, biasanya dibacakan doa-doa dan ayat-ayat Al-Quran untuk memohon ampun dan rahmat Allah SWT.

Pada hari ke-7 setelah kematian, tahlilan dan Yasinan biasanya dilakukan kembali dengan tujuan untuk memberikan penghormatan terakhir dan memperkuat iman keluarga yang ditinggalkan. Selain itu, tahlilan hari ke-7 juga dianggap sebagai hari yang penting dalam mempersiapkan almarhum untuk menghadap kepada Allah SWT.

Pada hari ke-40 setelah kematian, tahlilan dan Yasinan biasanya dilakukan lagi untuk menandai berakhirnya masa berkabung yang dianggap sebagai waktu yang paling berat bagi keluarga yang ditinggalkan.

Pada hari ke-100 setelah kematian, tahlilan dan Yasinan kembali dilakukan sebagai bentuk penghormatan terakhir dan untuk mengenang almarhum. Pada hari ini, keluarga biasanya mengumpulkan masyarakat yang terkait dengan almarhum untuk melakukan tahlilan bersama-sama.

Pada hari ke-1000 setelah kematian, tahlilan dan Yasinan biasanya dilakukan oleh keluarga terdekat sebagai bentuk penghormatan dan pengenangan terhadap almarhum.

Di antara 100 dan 1000 hari biasanya juga dilakukan tahlilan dan Yasinan setiap setahun kematian dan dua tahun kematian almarhum.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun