Di sudut trotoar depan MAN 1 Boyolali, ada aroma khas yang selalu memancing rasa penasaran siapa pun yang melintas. Bukan dari restoran mewah, melainkan dari sebuah gerobak biru sederhana di bawah payung warna-warni. Di sanalah Mbah Doel, lelaki berusia 72 tahun, menyiapkan kue leker yang sudah jadi legenda sejak era uang seratus perak masih punya arti. "Dulu alatnya masih seadanya, belum serapi sekarang," kenang Mbah Doel sambil tersenyum tipis, tangan tetap lincah membalik adonan leker yang mulai mengering pinggirannya. "Tapi soal rasa, dari dulu saya usahakan tetap sama." Mbah Doel memulai usahanya sejak masih remaja di tahun 1970-an. Dengan satu loyang, seplastik adonan, dan keyakinan penuh, ia berdagang dari pagi hingga sore. Kini, setelah 55 tahun berlalu, ia masih di tempat yang sama, menjajakan leker dengan toping coklat, susu, kacang, pisang, hingga keju---semua bisa dicampur sesuai selera pembeli.Â
Namun Mbah Doel tetap setia berjualan sendiri. "Biar orang tahu, ini bukan cuma bisnis. Ini hidup saya," ucapnya. Gerobaknya sejajar dengan pedagang kaki lima lain. Ia tak menonjolkan diri, tak pernah merasa paling duluan. Tapi pembeli datang silih berganti, seolah sudah tahu di mana tempat yang paling layak disinggahi saat lapar, atau saat rindu masa kecil.Â
Ada nilai-nilai yang tak bisa dilihat dari tampilan luar gerobak birunya: kejujuran, doa, dan kerja keras. Mbah Doel dikenal sebagai sosok yang ramah, sopan, dan taat beribadah. Ia percaya, berdagang bukan sekadar mencari uang, tapi juga bentuk ikhtiar yang harus dijalani dengan sepenuh hati. "Yang penting jangan curang. Rezeki itu sudah ada yang ngatur. Saya tinggal jalani saja," katanya sambil menuang susu kental manis ke atas leker yang mulai matang. Leker buatan Mbah Doel mungkin sederhana, tapi di balik kerenyahannya tersimpan pelajaran tentang ketekunan, kesabaran, dan cinta pada pekerjaan. Ia bukan sekadar penjual, ia penjaga rasa. Dan siapa pun yang pernah mencicipi leker Mbah Doel, tahu betul: rasanya bukan sekadar enak tapi juga hangat, seperti kenangan masa kecil yang tak lekang waktu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI