Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kisah Een Sukaesih Akhirnya Diangkat Menjadi FTV

20 Mei 2015   18:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:47 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1432122678555622606

[caption id="attachment_418888" align="aligncenter" width="673" caption="video.liputan6.com"][/caption]

Masih ingatkah dengan Een Sukaesih? Guru yang dikenal sebagai Guru Qolbu ini memang menginspirasi kita semua. Meskipun lumpuh, beliau tidak pernah menyerah dan terus menyebarkan kebaikan bagi sesama dengan mengajar anak-anak di sekitar rumahnya sampai beberapa anak didiknya masuk di beberapa perguran tinggi.

Walaupun Ibu Een sudah tiada, usaha untuk menyebarkan inspirasi dari Ibu Een tetap saja ada sebagai penghargaan atas usahanya memajukan pendidikan di Indonesia. Belum sempat dibikin film, sudah ada stasiun televisi yang berusaha mewujudkan harapannya menyajikan tayangan inspiratif. Oleh karena itu, dalam rangka ulang tahun Liputan 6 ke-19 yang bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, hari ini, SCTV mempersembahkan Sinema Wajah Indonesia: "Ibu Een Guru Qolbu"

Tadi sore, saya menonton kisah inspiratif ini. Dibintangi oleh beberapa artis seperti Deddy Mizwar, Nugraha dan Widi (nama lengkapnya saya lupa), FTV tersebut memang memberikan inspirasi yang jauh lebih bermanfaat bagi kebangkitan bangsa. Sikap berusaha keras dan pantang menyerah, tercemin pada diri Een semasa menuntut ilmu di perguruan tinggi, lulus, dan akhirnya membaktikan diri mengajar anak didiknya.

Ceritanya begini, film ini diawali dengan perjuangan Een semasa kuliahnya, untuk berusaha mengikuti ujian, meskipun harus berjalan tertatih-tatih. Akhirnya, sesampainya di kelas, oleh dosen, dia dibolehkan mengikuti ujian. Setelah pulang ujian, tiba-tiba dia terjatuh dan harus digotong oleh beberapa temannya. Oleh dokter, dia divonis menderita radang sendi.

Ditengah rasa sakit yang diderita, Een masih bisa berdiri dan berjalan meskipun perlahan, berjuang menyelesaikan tugas kuliahnya, dan akhirnya lulus dengan nilai cumlaude. Atas pencapaian tersebut, dia ditugaskan mengajar di sebuah SMA di Cirebon, meski tidak berlangsung lama. Ketika turun dari bis dan pulang ke rumah, tiba-tiba terjatuh dan tidak mampu berjalan, dan pada akhirnya lumpuh dan tangan kakiknya tidak bisa digerakkan.

Een pesimis menghadapi kenyataan hidup yang harus diterimanya. Keinginan untuk mengajar di sekolah pupus sudah. Namun, dia teringat oleh ucapan dosen ketika lulus kuliah, (kira-kira begini yang saya dengar):

"Jangan pikirkan hasil, karena Allah akan menentukan hidup. Jadi jalani saja hidupmu, Berusahalah dengan kerja keras dan kerja cerdas. Suatu saat nanti, sejarah akan mengukir dirimu dengan tinta emas"

Ketika dibawa kembali ke dokter, hidup Een divonis tinggal seminggu lagi. Setelah seminggu berlalu, Een masih hidup. Dia bersyukur, dan akhirnya dia berkeinginan untuk memakai jilbab.

Suatu hari, ada dua orang anak yang kesulitan mengerjakan PR. Kemudian Ibu Een bersedia mengajarkan cara mengerjakan soal-soal matematika. Setelah paham, beliau pun bertanya kepada Laila, salah seorang dari dua anak yang mengerjakan PR, yang malu karena dikatakan Liliput. Kemudian, Ibu Een menasihatinya agar selalu bersemangat.

Semakin hari, anak murid Ibu Een semakin banyak. Namun, bukan berarti bisa diterima oleh banyak orang. Suatu hari, salah seorang anak muridnya dipanggil kembali oleh ayahnya dan memintanya pulang, karena alasan biaya sekolah yang mahal. Namun, Ibu Een kembali menasihati ayah dari anak itu, bahwa suatu saat nanti, ketika anaknya dewasa, pasti bisa berguna untuk orang lain. Sawah, suatu saat bisa berubah jadi pabrik, atau sawah akan diolah dengan teknologi canggih. Tentunya, anak tersebut tidak mau menjadi pengangguran.

Lalu Ibu Een menegaskan kembali, bahwa beliau ikhlas untuk memberikan ilmunya secara gratis, tanpa dipungut biaya. Walaupun diberi sumbangan, hasilnya untuk keperluan anak didiknya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun