Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

"Agamaku" Bukan Merek Mi Instan!

29 Maret 2021   21:58 Diperbarui: 30 Maret 2021   19:18 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Shutterstock via bestinsingapore.com

Hah? Sejak kapan merek mie instan ditahbiskan sebagai "agama"?

Diriku gak habis pikir, mengapa merek mi instan disebut sebagai "agama". Tidak ada kaitannya dengan spiritual dan Ketuhanan, ya. Bukan itu!

Jadi gini, waktu nimbrung di situs tanya jawab,  kan ada tuh yang namanya "agama Ind*mie", nah mereka di antaranya--pengguna situs jawab itu-- banyak yang menjadi penganutnya, maksudnya, pengikut setianya. 

Maunya kalau makan mie, itu aja mereknya, nggak mau yang lain! Aduh, kok sampai sebegitu fanatik, ya.

Tapi, namanya saja lidah setiap orang kan berbeda-beda. Apalagi mi instannya, setiap merek tentu menonjolkan cita rasa tersendiri, bukan? Makanya, ada orang suka merek mi instan merek A, orang lain suka merek yang B. Ya, begitulah kenyataannya.

Walaupun begitu, alangkah lebih baik kalau makan mi instan jangan merek yang itu-itu doang. Apa salahnya sih, coba mi instan merek lain? 

Diriku sendiri juga demikian, makan mi instan tidak terpaku pada merek tertentu. Aku ini memang bukan penganut Ind*mie seperti banyak orang yang begitu mengidolakannya. Kalau memang ada yang baru atau memang ingin makan, ya beli aja, gak peduli merek yang mana.

Nah, bisa kurasakan sendiri, sudah banyak varian mi instan yang berhasil kusantap sepanjang hidup, ada mi instan biasa (goreng atau kuah), jumbo, isi dua, bentuk cup, dan mi sehat yang mereknya lagi harum akhir-akhir ini. 

Lagian, aku juga makan ramen produksi perusahaan mi Jepang, mi instan impor dari Korea, dan mi instan vegan, salah satunya dari perusahaan penyiaran dengan tagline "Televisi Cinta Kasih", yakan?

Yah, memang dasar aku yang mudah bosan dengan menu makanan yang itu-itu saja.

Walaupun begitu, sekali lagi, kalian harus mencobanya juga. Bukan berarti harus tinggalkan satu merek yang sukses membuat kalian melekat dan tak bisa berlepas diri darinya. Kan masa depan gak ada yang tahu persis seperti apa.

  • Tak semua wilayah terjamah merek mi instan idolamu!

Kalau kalian pindah ke daerah atau negara yang minim atau tak ada merek mi instan yang dicintai, bersiaplah menerima kenyataan yang rasanya amat pahit. Mengapa? Lha tak semua negara bisa terjamah merek mi instan tertentu. 

Jangankan luar negeri, di Bali saja, merek mi instan didominasi kompetitor dari merek mi sejuta umat ini. Itu karena cita rasa bumbu mi pesaing bisa diterima oleh kebanyakan rakyat yang menghuni pulau di timur Jawa itu. 

  • Cita rasa bumbu merek mi instan bisa saja berubah

Awal tahun ini, kita sudah disuguhkan berita tentang berpulangnya peracik bumbu mi instan kebanggaan se-Indonesia. Itu sudah membuktikan bahwa tak ada yang abadi di dunia ini. 

Di masa depan, cita rasa bumbu mi instan bisa saja berubah. Iyalah, peracik yang satu dengan yang lain pasti rasanya berbeda. Ibarat koki, yang meracik bumbunya dengan resep yang sama, hasilnya bisa jadi tak sama, karena penggunaan bahannya.

Keadaan itu, justru jadi tantangan buat produsen mi instan buat melahirkan kader yang minimal, bisa mendekati pendahulunya, kalau tetap ingin bertahan terus di industri makanan yang tak ada habisnya ini.

  • Ada jenis atau varian mi yang tak ada di merek tertentu

Kalian mau ramen khas Jepang, atau ramyun khas Korea? 

Sayang sekali, wahai kalian penganut Ind*mie, kedua varian mi tidak ada di merek mi idola kalian! Karena pabriknya hanya bisa memproduksi mi "mentah" biasa, jadi tidak ada mi ramen atau ramyun. 

Nah, kalau melihat tiga alasan tadi, kalian siap gak rela keluar dari kelompok penganut "sekte" merek mi tertentu, biar bisa menikmati keberagaman mi instan di seluruh dunia?

Kalau memang cocok, ya baguslah. Jangan terlalu fanatik pada merek!

Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun