Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Walau Berpikir Rumit, Tetap Menulislah dengan Sederhana!

9 Desember 2019   17:34 Diperbarui: 9 Desember 2019   22:00 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Unsplash

Sekarang, tantangannya adalah....

Bagaimana menyederhanakan keruwetan pemikiran lewat rangkaian kata-kata yang senderhana.

Nah, itu yang susah!

Sebenarnya, permasalahan menyederhanakan hasil pemikiran yang begitu kompleks ke dalam karya yang simple, sebenarnya adalah teka-teki tersendiri yang harus dipecahkan umat manusia di muka bumi ini. Toh, akhirnya dengan kecerdasannya, bisa diselesaikan juga.

Buktinya, dengan ditemukannya benda yang jadi bagian tak terpisahkan dari para penulis, komputer! Dulu, saat awal diciptakan, komputer itu bentuknya kayak lemari raksasa super guede! Plus, di dalamnya dengan segala kerumitannya.

Sampai komputer itu berkembang jadi komputer tabung yang umum digunakan di era 90-an hingga 2000-an, dan berkembang terus hingga komputer jinjing yang biasa dipakai oleh kita saat ini, daaan... bisa jadi akan berubah menjadi komputer yang lebih praktis dibawa, siapa tahu?

Ternyata, setelah saya dengarkan talkshow motivasi Smart Happiness, orang yang berpikir rumit tapi komunikasinya sederhana, itu adalah orang yang terbaik di dunia ini. Hehe. Dan, di samping itu, masih ada tiga lagi tipe manusia yang bisa ditemui di setiap jengkal tanah di planet ini.

Yang pertama, orang yang berpikir rumit, komunikasinya juga rumit. Naaaah..... ini yang sering dijumpai para dosen dan profesor, dengan jurnal ilmiahnya. Soal bahasanya, waduh, bahasanya ilmiah, kaku dan berat banget.... Cuma kalangan akademisi yang bisa memahaminya.

Selanjutnya, orang yang berpikir sederhana, komunikasinya sederhana. Ya, ini memang simpel buanget. Gitu aja kok repot, jalani saja apa adanya!

Lalu, yang paling terburuk, orang yang berpikir sederhana, tapi komunikasinya.... RUWET! Memang sih, tidak berpikir dengan yang berat-berat ala profesor. Tapi, komunikasinya... pakai bahasa tingkat tinggi yang membuat susah dipahami orang awam.

Jadi, kalau ingin menulis yang berkualitas, pengetahuannya harus mendalam. Dan ujung-ujungnya, pengolahan datanya melalui berpikir di otak, harus rumit. Tapi, kalau menulis, apa susunan kata-katanya juga harus rumit gitu?

Justru, yang terbaik saat menulis itu, tidak meninggalkan kesederhanaannya. Maksudnya, menulis yang ilmiah sekalipun, tetap harus dikemas dengan berbahasa yang begitu nikmat dan bisa diterima semua kalangan.

Tapi, masalahnya nggak semudah itu, ferguso!

***

Pernah saya membaca Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza karya mendiang Hernowo, di situ ada penyebab mengapa tulisan pada skripsi cenderung kaku, kering, dan tidak mengalir. 

Eitss, permasalahan ini nggak hanya ditemukan oleh tugas akhir menuju sarjana, lho. Di semua tulisan di berbagai media juga ada yang seperti itu!

Dimulai dengan soal tema tulisan. Tema yang dipilih BUKAN tema yang biasa dia tulis atau tema yang memudahkan dia menulis dengan gaya yang mengalir, renyah istilahnya. Kalau ditambah grafik, data dan fakta, fyuuuh tambah pusing lagi, bingung bagaimana harus merangkaikan kata-katanya.

Misalnya, seorang penulis yang biasa menuangkan pikirannya tentang keluarga, tiba-tiba harus menulis politik di saat pemilu, biar ngetren gitulah. Padahal, dia nggak paham apa-apa tentang partai atau capres-cawapres.

Jadi, kalau kekeuh menulis, ya begitulah hasil tulisannya. Siapa yang mau baca tulisan kayak gitu, kalau gaya tulisan sendiri sudah nggak enak dibaca?

Atau, barangkali penguasaan materi tulisan yang belum sepenuhnya, ya 'kan? Seharusnya, kalau mau menulis dengan rangkaian kata-kata yang begitu sederhana, harus mempersiapkan diri lebih dulu, baca referensinya, pahami, ulangi, mantapkan. InsyaAllah, saat menulis, sudah tidak ada kendala, malah lancar jaya!

Dan, kalaupun sudah menguasai materi tulisan, otaknya encer, pikirannya cerdas dan pengetahuannya mendalam, dia tetap saja kesulitan untuk mengalirkan kata-katanya di layar monitor. Terus, masalahnya dimana?

Itu, karena penulis kurang terlatih mengungkapkannya lewat bahasa tulis. Makanya, ingin menyederhanakan materi rumit dan penuh data ke dalam tulisan itu nggak gampang, lho. Kuncinya adalah: Latihan, latihan, latihan! Kalau di dunia kepenulisan, itu bisa diganti dengan menulis, menulis, dan selalu menulis.

Ya, menulis, sambil melatih merangkai kata-katanya; belajar agar bahasa yang disampaikan menjadi luwes, mengalir, dan sederhana. Tapi, hanya bermodalkan latihan, ternyata tidak cukup!

Pasalnya, tak ada jalan lain untuk menulis yang begitu lancar kayak air mengalir, kecuali banyak membaca buku, atau media lain juga bisa deh! Dan hal ini adalah syarat yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Selain biar pengetahuan bertambah luas, dalam, dan beragam, juga bisa menambah koleksi kata-kata di benak kita, yang ternyata amat berguna saat menuliskannya. Tentu saja, biar susunan kalimat dalam tulisan semakin variatif.

Oh ya, ada satu tambahan lagi. Kalau ingin merangkai kata-kata dengan lebih sederhana lagi, libatkan cinta. Cinta akan kata-kata, membuat diri kita merasa bebas. 

Kemerdekaan akan berbahasa yang begitu indah layaknya berpuisi. Mengubah susunan huruf yang berjumlah dua puluh enam menjadi "sihir" yang mengena, dan diterima untuk semua.

Nah, kalau melakukan semua hal itu, bukan tidak mungkin menyederhanakan tulisan dengan merajut kata-kata yang luwes hanya sebatas angan-angan semata?

Hmmm, Tuhan yang serba bisa, memang sanggup membuat kerumitan dalam tubuh makhluk-Nya menjadi lebih sederhana.

Apalagi kita, sebagai makhluk paling sempurna. Pemikiran memang harus rumit, tapi kita--dan saya--harus berjuang mewujudkan hasilnya dengan rangkaian bahasa yang  sederhana. Bukankah itu lebih baik?

Demikianlah penjelasannya, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun