Karena itu, sekali lagi, periksa draft tulisan itu dengan ilmu yang haqqul yakin*. Kalau sudah percaya itu benar semua, ya tinggal ditampilkan hasilnya di hadapan publik. Selesai.
***
Coba, kalian renungkan, sekali lagi! Menulis buku, tentu harus menyajikan kebenaran karena ia adalah sumber pengetahuan, bukan? Hoaks, malah sebaliknya! Informasi yang selalu salah. Sangat tidak layak untuk jadi pedoman!
Kalau kalian sebagai penulis, harus bercermin diri juga, self talk. Koreksi diri kalian untuk mencapai kesempurnaan berkarya seperti Tuhan yang menciptakan mahkluk-Nya tanpa cela.
Nah, di tengah banjir informasi di dunia berjejaring yang bercampur dengan kepalsuan, jadikanlah sebagai penulis digital layaknya penulis buku. Toh, sekarang artikel di internet dijadikan sumber ilmu di samping kitab-kitab yang telah mendahuluinya.
Bisa jadi, suatu saat, artikel-artikel ini akan menggantikan berjilid-jilid lembaran naskah layaknya pekerja manusia yang digantikan robot?
Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!
*haqqul yakin = (orang) yang yakin dan terbukti kebenarannya.