Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jangan-jangan, Kita Menulis yang Hoaks?

6 Desember 2019   00:00 Diperbarui: 6 Desember 2019   18:56 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: AMAA Trust Report

Kabar burung yang berterbangan di mana-mana, di seantero dunia maya, 

malah diriku jadi ketakutan untuk berbuat kesalahan sekecil apa pun di sini.

Akhir-akhir ini, diriku menyimak apa yang disampaikan oleh Pak Ary Ginanjar Agustian lewat kanal video terpopuler se-jagat raya. Ya walaupun memang lekat dengan agama, saya tetap mengambil konteks yang lebih umum untuk dituliskan di sini.

Yup! Saya menonton tentang hoaks atau berita palsu, yang penyebarannya.... waaah parahnya sampai tak bisa berkata-kata lagi! Dampaknya, luar biasa dahsyat. Persahabatan yang terjalin erat selama ini, berubah jadi permusuhan. Hubungan kekeluargaan juga demikian, tambah renggang malah!

Terlebih lagi, kalau pas musim pemilu, gilaaaaa... hoaks semakin berkembang sejadi-jadinya! Buktinya, seperti yang ditunjukkan dari Kominfo ini, di mana 3.901 hoaks dihasilkan dari bulan Agustus 2018 sampai November 2019.

Di media sosial, juga gak kalah mengkhawatirkan! Data dari BIN menyebutkan, 60 persen konten media sosial di Indonesia, berupa hoaks. Duuh, gimana nggak ngeri, ya?

Tak heran, di mana-mana di seantero jagat maya, pasti ada hoaks. Dan melihat hal ini, membuatku tergerak untuk membuka catatan lama yang ditorehkan dalam buku harianku.

Waah, iya! Sudah dua tahun saya menuliskan refleksinya. Memang saya menulis, ada saja kesalahan kata, data yang kutorehkan dalam kata-kata.

Kalau dikaitkan dengan hoaks, dan kepercayaan lewat centang biru, sudah pasti membuatku malu...

Ya, berkaca dari hoaks yang informasinya tidak benar itu, tapi dibungkus indah menjadi sebuah kebenaran. Justru itulah, kalian harus merenungkan juga, apa yang kalian tuliskan selama ini, termasuk diriku juga, yang tak juga lepas dari kesalahan saat menulis *plakk

Hmmm, apa jangan-jangan saya ada salah kata dan data saat menulis selama ini. Salah informasi juga termasuk hoaks, 'kan?

Sumber gambar: Merdeka.com
Sumber gambar: Merdeka.com

Karena itulah, hoaks harus ditekan, serendah-rendahnya, bahkan harus dimusnahkan dari muka bumi, heheh. Tapi, jangan hanya dibebankan ke pembaca buat mencermati kebenaran bacaan, kasihan. Lagi pula, apa pembaca mau untuk cek kebenaran di medsos meskipun itu dianjurkan, bahkan itu hal yang sangat baik?

Malah, seharusnya, kita sendiri lah---yang membuat konten---yang berperan aktif agar hoaks yang selama ini meresahkan tidak kembali lagi. Yakni, menulis yang benar, zero mistake!

Tapi, ya agak sulit sih untuk mewujudkan hal itu, mengingat manusia tak bisa lepas dari kesalahan. Hmmm, kalau begitu jangan jadi alasan untuk tidak menuliskan kebenaran!

Dimulai dari membaca referensi yang tak lepas dari data dan fakta. Kalau warganet menyuruh untuk menyempatkan diri selama lima atau sepuluh detik saja, mencermati informasi di media sosial, kalian selaku penulis juga harus melakukannya, dong!

Dalam artikel atau berita yang kalian dalami dan dijadikan referensi, ya sambil dinilai sendiri dengan akal dan pengetahuannya, siapa tahu loh, ada kesalahan tulisan atau datanya. 

Makanya, benarlah kalau kalian diperintahkan untuk tak langsung percaya sepenuhnya. Wikipedia aja tak bisa menjamin 100% benar, apalagi konten di medsos?

Dan, membaca referensi jangan berpatokan satu sumber saja! Alangkah lebih baik, kalau membuka sumber referensi lain yang juga terpercaya (lebih bagus kalau sumbernya berbahasa asing), itu untuk satu topik lho! Supaya, benar-benar yakin kalau informasi ini benar adanya, ya 'kan?

Dan itu pastinya butuh waktu, diulang terus dan terus sampai paham. Kemudian, setelah kebenaran itu dikuasai seutuhnya, barulah kalian eksekusi. Laksanakan, rangkaikan, dan tuangkan lewat ketikan!

Tentu, menulis itu menuntut untuk berpikir kritis atas kebenaran yang dituliskan, seperti pembaca yang harus berpikir kritis terhadap apa yang dibaca, iya gak?

Kata-kata yang dirajut menjadi kalimat dan ditenun dalam tulisan itu harus mencerminkan kebenaran, bukan kesalahan maupun kebohongan. Tidak pula mengandung sesuatu yang membodohkan, sebaliknya malah mengajak pembacanya untuk menjadi cerdas, be smart!

Kalau perlu, ya editlah tulisan itu sebelum tayang. Usahakan jangan ada typo di antara kata-kata. Apalagi data dan fakta, kalau meleset dan salah ketik, bisa fatal nanti. 

Karena itu, sekali lagi, periksa draft tulisan itu dengan ilmu yang haqqul yakin*. Kalau sudah percaya itu benar semua, ya tinggal ditampilkan hasilnya di hadapan publik. Selesai.

***

Coba, kalian renungkan, sekali lagi! Menulis buku, tentu harus menyajikan kebenaran karena ia adalah sumber pengetahuan, bukan? Hoaks, malah sebaliknya! Informasi yang selalu salah. Sangat tidak layak untuk jadi pedoman!

Kalau kalian sebagai penulis, harus bercermin diri juga, self talk. Koreksi diri kalian untuk mencapai kesempurnaan berkarya seperti Tuhan yang menciptakan mahkluk-Nya tanpa cela.

Nah, di tengah banjir informasi di dunia berjejaring yang bercampur dengan kepalsuan, jadikanlah sebagai penulis digital layaknya penulis buku. Toh, sekarang artikel di internet dijadikan sumber ilmu di samping kitab-kitab yang telah mendahuluinya.

Bisa jadi, suatu saat, artikel-artikel ini akan menggantikan berjilid-jilid lembaran naskah layaknya pekerja manusia yang digantikan robot?

Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!

*haqqul yakin = (orang) yang yakin dan terbukti kebenarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun