Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jangan-jangan, Kita Menulis yang Hoaks?

6 Desember 2019   00:00 Diperbarui: 6 Desember 2019   18:56 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: AMAA Trust Report

Karena itulah, hoaks harus ditekan, serendah-rendahnya, bahkan harus dimusnahkan dari muka bumi, heheh. Tapi, jangan hanya dibebankan ke pembaca buat mencermati kebenaran bacaan, kasihan. Lagi pula, apa pembaca mau untuk cek kebenaran di medsos meskipun itu dianjurkan, bahkan itu hal yang sangat baik?

Malah, seharusnya, kita sendiri lah---yang membuat konten---yang berperan aktif agar hoaks yang selama ini meresahkan tidak kembali lagi. Yakni, menulis yang benar, zero mistake!

Tapi, ya agak sulit sih untuk mewujudkan hal itu, mengingat manusia tak bisa lepas dari kesalahan. Hmmm, kalau begitu jangan jadi alasan untuk tidak menuliskan kebenaran!

Dimulai dari membaca referensi yang tak lepas dari data dan fakta. Kalau warganet menyuruh untuk menyempatkan diri selama lima atau sepuluh detik saja, mencermati informasi di media sosial, kalian selaku penulis juga harus melakukannya, dong!

Dalam artikel atau berita yang kalian dalami dan dijadikan referensi, ya sambil dinilai sendiri dengan akal dan pengetahuannya, siapa tahu loh, ada kesalahan tulisan atau datanya. 

Makanya, benarlah kalau kalian diperintahkan untuk tak langsung percaya sepenuhnya. Wikipedia aja tak bisa menjamin 100% benar, apalagi konten di medsos?

Dan, membaca referensi jangan berpatokan satu sumber saja! Alangkah lebih baik, kalau membuka sumber referensi lain yang juga terpercaya (lebih bagus kalau sumbernya berbahasa asing), itu untuk satu topik lho! Supaya, benar-benar yakin kalau informasi ini benar adanya, ya 'kan?

Dan itu pastinya butuh waktu, diulang terus dan terus sampai paham. Kemudian, setelah kebenaran itu dikuasai seutuhnya, barulah kalian eksekusi. Laksanakan, rangkaikan, dan tuangkan lewat ketikan!

Tentu, menulis itu menuntut untuk berpikir kritis atas kebenaran yang dituliskan, seperti pembaca yang harus berpikir kritis terhadap apa yang dibaca, iya gak?

Kata-kata yang dirajut menjadi kalimat dan ditenun dalam tulisan itu harus mencerminkan kebenaran, bukan kesalahan maupun kebohongan. Tidak pula mengandung sesuatu yang membodohkan, sebaliknya malah mengajak pembacanya untuk menjadi cerdas, be smart!

Kalau perlu, ya editlah tulisan itu sebelum tayang. Usahakan jangan ada typo di antara kata-kata. Apalagi data dan fakta, kalau meleset dan salah ketik, bisa fatal nanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun