Karena itulah, mereka yang hanya membaca tulisan, disebut sebagai pelajar.
Namun, ada juga lho, mereka yang selesai membaca tulisan, tidak mau hanya disimpan dalam kepalanya. Hasil bacaannya itu, kemudian disusun kembali dalam bentuk tulisan. Pokoknya, dia benar-benar menerapkan dan mengamalkan ilmunya untuk dijadikan ide dan bahan tulisan, agar dia tetap konsisten dan bersemangat menulis lagi dan lagi. Orang itulah, yang dimaksudkan sebagai pembelajar.
Jadi, seorang pembelajar, tentu tidak hanya menangkapapa yang dipelajari, melainkan dilanjutkan dengan memperluas dan mengaitkan dengan pengalaman, menerapkannya, dan berbagi. Ya, seperti itulah yang sering dilakukan oleh seorang penulis. Karena mereka meyakini, kalau mau bisa menulis dengan baik dan berkualitas, tentu harus banyak membaca kemudian merangkaikan hasilnya, bukan dengan jalan salin-tempel!
Dengan demikan, mereka yang suka menulis, memang layak diberi predikat sebagai pembelajar sejati. Karena, seperti yang dikatakan penulis Nurul Asmayani, mereka yang menapaki dunia kepenulisan, tentu saja belajar dari orang lain dan diri sendiri, dari bacaan apa saja, dan di mana saja.
Tapi, kalau hasil pembelajarannya sudah ditangkap, jangan lupa untuk menuliskannya, ya!
***
Rektor: Prof, mana bukti kepakaranmu!
Profesor: Buktinya apa?
Rektor: Ya, karya tulismu!
Profesor: ????? (bingung karena belum dikerjakan)
Kalau kalian perhatikan ilustrasinya, itu sudah banyak yang terjadi. Karena, dalam pandangan masyarakat, kalau sudah meraih gelar doktor, ya selangkah lagi mereka "dituntut" akan meraih jabatan dan kekayaan yang lebih tinggi. Tapi, apa iya, menuntaskan pendidikan doktoral, berarti belajarnya sudah selesai?