Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ternyata Indah

2 April 2014   23:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1397123850821536347

Dunia luar itu ternyata menyenangkan lho! Seperti halnya sore ini. Selesai kerja, keluar dari kantor, jalan kaki menuju pinggir jalan sambil ditemani semilir angin, dan dilanjutkan dengan naik angkot. Tapakan kaki yang sederhana ini mampu menjadi salah satu aktifitas yang menarik ternyata.

Bersapa dengan orang-orang di jalan, menolak manis tawaran para tukang ojek yang menawarkan jasa antar ke tempat tujuan, hingga beradu pandang dengan tumpukan tahu pedas yang baru saja diangkat dari penggorengan. Ah, luar biasa indah dan tersiksanya!!

Ditambah lagi, perjalanan dalam angkot ini ditemani dengan lagu dangdut yang silih berganti. Hohoho... Pasti ini salah satu cara sang supir untuk melepas penat atau sekedar menyegarkan pikiran.

Bayangkan saja, sudah berapa kali putaran supir angkot ini menyusuri rute yang sama. Pasti lelah dan pasti tak terkira bosannya. Tapi, hidup ini adalah kenyataan yang harus dijalani. Rezekinya ada di profesi yang mulia ini.

Bagaimana tidak, tugas mengantar orang-orang dengan berbagai kepentingan. Hujan panas ia tetap melajukan kendaraannya. Banjir sebisa mungkin diterjang, macet telah setiap hari menjadi makanan. Dan semua orang yang ada di jalanan telah menjadi sahabat setianya.

Rutinitas ini sangat berpotensi membuat sang supir stress dan mudah marah. So, bisa dipahami kan sekarang, bagaimana mungkin ia tidak terkesan galak saat menurunkan penumpang atau terkesan ugal-ugalan saat berkendara.

Ingat saja satu hal, pasti ia lelah. Ia lelah mencari nafkah untuk keluarganya. Untuk anak istrinya. Dan untuk semua orang yang dikasihinya. Oleh karenanya, terik matahari, debu dan asap di jalanan, hingga hujan lebat yang mungkin menyapa, adalah sahabat terindah yang kadang bisa membangkitkan emosinya.

Pahami itu. Dan ingat, dia juga sedang menjalankan ibadahnya. Mencari rezeki untuk keluarganya.

Turun dari angkot saya menapaki kolong jembatan halte Transjakarta. Tidak hanya ramai penjual makanan, tetapi banyak juga pejalan kaki yang hilir mudik disana.

Sepanjang kaki melangkah, banyak yang benar-benar menggoda saya. Setelah sebelumnya tumpukan tahu pedas, kini mulai jajaran pempek, tempe mendoan, es pisang ijo hingga somay. Oh god, semoga iman saya kuat. Ingin jajan, tapi sendirian haha..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun