Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Main Gadget: Anak Anteng, Orang Tua Jangan Seneng

9 November 2015   09:33 Diperbarui: 9 November 2015   10:32 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya lebih senang menyuruh kedua anak saya mengutak atik permainan motorik kasar atau bermain sepeda, walaupun dengan sepedaan itu mereka bisa tiba-tiba merengek karena terjatuh atau menabrak pot bunga. Ketimbang mereka anteng sunyi senyap tanpa suara sambil memegang gadget masa kini.

Anak-anak yang sejak kecil sudah terbiasa mengoperasikan gadget umum disebut dengan generasi X (Gen X). Para orang tua jangan lantas berbangga hati jika anak balitanya kini masuk dalam golongan Gen X. Karena apa? Alasannya sederhana, mereka akan terbentuk menjadi anak yang hanya asyik dengan dunianya sendiri.

Gen X adalah anak-anak masa kini yang sudah amat piawai bermain gadget. Bahkan tidak sedikit orang tua yang kalah canggih dengan anaknya saat menggunakan gadget. Hal ini disebabkan para orang tua memang sengaja menyediakan gadget tersebut untuk anaknya, yang awalnya ditujukan untuk berkomunikasi, namun berkembang ke arah internet dan games.

Kebiasaan seperti ini awalnya umum dilakukan oleh orang tua yang dua-duanya bekerja. Sehingga untuk tetap menjaga komunikasi dengan sang buah hati maka disediakanlah gadget dengan teknologi yang cukup mumpuni. Minimal ada kamera depannya sekedar untuk bisa ber-video call.

Namun apalah daya, sang anak yang sedang dalam masa keemasan tersebut memang sedang senang-senangnya mengeksplorasi hal-hal baru. Termasuk gadget, benda menarik yang setiap hari ada di dekatnya.

Setelah anak menemukan keasyikan tersendiri dari gadget tersebut, sebut saja asyik main suatu game, maka benda tersebut akan merebut seluruh perhatiannya dan menarik dunia anak tersebut agar masuk ke dalam dunia gadget.

Seiring sejalan, para orang tua yang sudah lelah bekerja memang kadang kala merasa aman dan nyaman saat anak-anak mereka tak banyak pinta dan suara. Hal ini disebabkan anak-anak tengah sibuk dengan dunianya masing-masing, yakni dunia gadgetnya sendiri-sendiri.

Jika demikian adanya, bukan tidak mungkin antar kakak adik yang duduk berdampingan tapi tak terdengar sepatah katapun untuk bercerita. Karena apa? Dunianya kini telah berbeda.

Sepakat dengan saya bahwa gadget telah meniadakan relasi nyata??

Sadarkah ayah ibu bahwa anak usia dini yang telah asyik dalam dunia maya sesungguhnya tengah masuk dalam perangkap yang amat berbahaya??

Mereka sungguh kehilangan pelatihan motorik kasarnya, karena yang dilakukannya berjam-jam hanya duduk dan menatap layar kaca.

Tubuhnya tidak bergerak! Pandangan mata terus kearah yang sama. Bagaimana dengan kesehatan matanya? Pernah terfikirkan kah? Ini bukan hal sepele yang bisa diabaikan begitu saja.

Ketika kebiasaan untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya di sekitar rumah telah tiada akibat direnggut oleh pesona seonggok gadget, ancaman berikutnya ialah kesehatan anak itu sendiri.

Anak menjadi tidak kenal apalagi akrab dengan tetangga sekampung! Jangankan sekampung tetangga seusianya yang ada di sebelah rumahpun luput dari jangkauan. Tak lagi ada budaya main sepeda bersama. Apalagi beribadah bersama yang beberapa bacaan dalam kitab suci kini sudah beralih ke era digital, sehingga bagi sebagian orang tua merasa tak perlu lagi memberangkatkan anaknya mengaji, karena sudah bisa belajar di rumah dengan gadgetnya sendiri. Glek! Era yang edan!

Masih banyak orang tua yang nampaknya merasa menemukan senjata baru untuk membuat balitanya anteng dengan cara disetelkan sebuah video melalui gadget. Lalu sang orang tua pun meneruskan kegiatan ini hingga terbentuk menjadi sebuah kebiasaan. Hingga setiap hari sang anak yang sedang menangis bisa tiba-tiba diam jika diberikan gadget atau ditontonkan sebuah video melalui gadget.

Pembatasan atas penggunaan gadget bagi anak yang masih dalam masa pertumbuhan hendaknya perlu segera dilakukan oleh para ayah bunda masa kini. Jangan malah merasa para orang tua menjadi punya "me time" dengan menggelontorkan gadget dengan teknologi tercanggih untuk buah hatinya, agar anak-anak tersebut larut dalam buaian teknologi. Lalu orang tuanya menjadi tenang aman nyaman karena istirahat ataupun aktifitasnya tak ada yang mengganggu.

Kalau sudah begini siapa yang edan? Zaman? Gadget? Atau malah orang tua sendiri?
Marilah kita mengoreksi diri masing-masing.

Entah efek negatif apa saja yang akan dialami anak-anak usia dini yang hari-harinya begitu akrab dengan gadget.

Sudah merasa asyik dengan dunianya sendiri sehingga menjadi tak peduli dengan lingkungan sekitar? Bisa jadi.
Motorik kasarnya tidak terlatih? Tentu saja.
Tidak mudah bersosialisasi dengan teman sebayanya? Mungkin saja.
Kesehatan mata terancam? Bukan tidak mungkin.
Mudah terserang sakit leher karena melihat gadget terus? Bisa saja.

Kembangkan lagi kekhawatiran para orang tua, ya kalau hanya mengutak-atik games saja, kalau sudah coba-coba berselancar di internet?? Orang tuanya lupa menonaktifkan jaringan internetnya?? Apakabar dunia?!!!

Satu lagi, kalau games yang dimainkan hanya seputar peperangan, balapan atau aktifitas perkebunan mungkin masih oke. Bagaimana kalau merambah ke jenis games lainnya yang hanya boleh dimainkan orang dewasa??

Waspadalah!

(dnu, ditulis sambil makan sate ayam haha..., 7 November 2015, 19.39)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun