Mohon tunggu...
dewi mayaratih
dewi mayaratih Mohon Tunggu... Konsultan - konsultan

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waspadai Radikalisme di Sekitar Kita

12 Oktober 2021   13:39 Diperbarui: 12 Oktober 2021   13:46 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Beberapa hari lalu kita dikagetkan dengan berita dari Garut mengenai puluhan remaja yang dibaiat oleh sekumpulan orang termasuk oleh seorang guru dan seorang tokoh agama di sebuah masjid di kota Garut.

Penemuan dan pengakuan itu dilakukan oleh salah satu orangtua salah seorang remaja itu setelah anaknya kecelakaan. Sebelumnya anak mereka menunjukkan sesuatu yang aneh, termasuk menyatakan tidak mau sekolah lagi. Tak pelak pengakuan itu direspon oleh MUI setempat dan Densus 88.

Berita-berita semacam ini hendaknya menjadi perhatian para orangtua yang memiliki anak dengan usia remaja sampai dewasa muda. Karena diyakini peristiwa ini hanyalah salahsatu dari serangkaian kisah soal perengkutan para remaja oleh oknum dengan embel-embel 'bagaimana berbang Islam yang benar dan mengkaitkan dengan Negara Islam Indonesia (NII)

Penulis ingat sebuah reportase sebuah media asing yang punya perwakilan di Jakarta pada tahun 2018 menurunkan berita semi investigasi seputar sejumlah pemuda belia yang dirayu untuk masuk dalam kelompok Islam radikal dengan dalih kegiatan ekstra kulikuler. Namun kebanyakan mereka nyatanya diajak untuk mendukung kegiatan dan cita-cita NII. Diketahui NII sudah dibubarkan namun menjelma menjadi beberapa jamaah yang mengusung cita-cita terbentuknya negara Islam di Indonesia, salah satunya adalah Jamaah Islamiyah.

Seorang nara sumber sebut saja namanya Pitha mengungapkan pengalaman yang terjadi pada tahun 2008 dan dia sedang menginjak kelas 3 SMA di Bandung. Pitha dekat dengan seorang alumni yang menawarinya membimbing belajar untuk menghadapi Ujian Nasional. Pitha mengetahui bahwa sang alumni sudah kuliah di sebuah universitas terkemuka di bandung.

Setelah sesi belajar bersama berlalu, Pitha dikenalkan ke seseorang yang mengajarinya soal kajian Islam. Di situ dia ditunjukkan bagaimana seharusnya sikap dan pandangan seorang muslim yang benar. Lalu seseorang yang dikenalkan itu meminta dia untuk mengucapkan dua kalimat syahadat seperti seorang non muslim yang akan memeluk agama Islam. Padahal Pitha adalah seorang muslim dan dibesarkan dengan cara Islam, sehingga dia memang tidak pernah mengucapkan dua kalimat syahadat disaksikan oleh banyak orang. Dia didesak untuk melakukannya tapi dia tidak mau. Selanjutnya dia pulang.

Sampai di rumah dia menceritakan pengalaman tersebut ke keluarganya. Ibu Pitha kaget dan segera menyuruhnya untuk menjauh dari kumpulan orang-orang itu. Ibunya menduga bahwa Pitha hampir dibaiat untuk bergabung dengan Negara Islam Indonesia. Menurutnya banyak sekali terduga teroris yang merupakan anggota NII melalui baiat. Pengetahuan ibu Pitha soal kumpulan itu didengarnya dari ceramah seorang ustaz melalui radio. Ustaz itu memperingatkan para orangtua karena di lingkungan sekolah anak anak, sering terdapat kelompok eksklusif yang mengatasnamakan islam yang benar. Kelompok itu memperbolehkan anak-anak sampai remaja itu melakukan kejahatan demi kepentingan kelompok.

Kisah tentang Pitha yang ditulis oleh media sekitar tiga tahun lalu itu nyaris sama dengan cerita tentang orangtua di Garut yang bercerita tentang anaknya. Bedanya anak-anak di garut itu diyakini sudah dibaiat dan sebagian menunjukkan perilaku yang aneh sebagai pelajar (tidak mau sekolah)

Dua kisah ini mengatkan kita bahwa cikal bakal radikalisme bisa saja berasal dari anak kita atau tetangga atau keponakan kita yang tergoda pada ideologi yang salah. Bahwa radikalisme itu mungkin ada di sekitar kita. Karena itu kewajiban kita semua untuk selalu mengamati perilaku dan mencegahnya sebelum terlambat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun