Mohon tunggu...
Dewi masluchah
Dewi masluchah Mohon Tunggu... Mahasiswa -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa UIN Malang|Fakultas FITK| ingin menjadi penulis yang baik dan benar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Bersama Anak Melalui Dongeng

6 Desember 2015   16:35 Diperbarui: 6 Desember 2015   16:50 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak orang tua melarang anak-anaknya untuk membaca buku cerita di hari-hari sekolah Terkadang mereka beranggapan bahwa membaca buku cerita akan mengganggu anak dalam belajar. Sebenarnya, asalkan orangtua bisa menerapkan Disiplin waktu serta dijadwalkan dengan benar, tidak akan mengganggu belajar anak. Bagi orang tua yang masih memiliki balita, membaca buku cerita atau mendongeng bahkan bisa menjadi sarana belajar yang menyenangkan. Dengan mendongeng ada banyak hal yang bisa orang tua ajarkan, terutama bagi mereka yang masih balita, mulai dari moral, etika, hingga pelajaran akan hidup. Dengan cara yang bermacam-macam antara lain:

  1. Bagi Anda yang hobi mendongeng tentang binatang, anak yang masih balita akan lebih menyukai jika Anda berbicara sambil meniru suara binatang-binatang yang ada dalam tokoh cerita tersebut. Kebiasaan-kebiasaan binatang setiap harinya, hingga pesan-pesan moral tentang etika.
  2. Buku cerita bergambar, dengan bentuk tulisan yang menarik dan berwarna-warni juga bisa menjadi sarana orang tua untuk sekaligus mengajarkan huruf-huruf dan angka, sehingga akan lebih mudah bagi anak untuk belajar membaca.
  3. Mendongeng, dengan buku cerita yang bergambar temyata juga bisa merangsang daya imajinasi anak untuk mengembangkan cerita berdasarkan gambar yang ia lihat.

Kapan kita bisa memulai mendongengkan cerita kepada anak? Mendongengkan cerita kepada anak sebaiknya dilakukan sedini mungkin karena semakin dini semakin baik, kita sudah bisa memulainya ketika anak berusia 6 bulan. Tentunya kita tidak memberi dongeng atau cerita yang utuh karena anak belum mengerti, cukup yang sederhana saja. Misalnya, cerita tentang kelinci lalu ditambahkan bahwa kelinci berwarna putih dan suka makan wortel. Memilih cerita merupakan faktor penting yang hams diperhatikan juga oleh pendongeng sebab pemahaman anak berbeda-beda sesuai dengan usianya. Oleh karena itu carilah cerita yang kira-kira dapat dipahami oleh anak dan cocok dengan pengalaman mereka.

Pada Usia 0-2 tahun Ini merupakan awal masa perkembangan sensori motorik sehingga semua tingkah lake dan pemikiran anak didasari pada hal itu. Untuk anak seusia ini, pilihlah cerita dengan obyek yang ada disekitar lingkungan anak, contohnya kita bisa mengarang cerita tentang sepatu atau kucing dirumah.

Di usia 2-4 tahun Tahapan ini adalah usia pembentukan banyak sekali konsep-konsep yang harus dipelajari anak pada usia ini, dan pada usia ini anak sangat tertarik mempelajari manusia dan kehidupan itulah sebabnya mereka suka meniru tingkah laku orang dewasa contohnya bermain tamu-tamuan dokter-dokteran dll. Dan pada usia 4-7 tahun di usia ini anak sudah bisa diperkenalkan pada dongeng-dongeng yang lebih kompleks, contohnya dongeng Si Karla, Timun Mas dan sebagainya.

Bagaimana cara bercerita atau mendongeng dengan baik? Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pendongeng yang baik ketika ia mendongeng dengan sarana ataupun tanpa sarana, adalah:

  1. Tuturkan cerita secara lambat ( tidak terburu-buru ) dan jelas. Semakin muda usia anak,sebaiknya suara semakin pelan agar ia dapat menyerap dan memahami cerita.
  2. Nada suara sebaiknya normal dan santai
  3. Ekspresikan pada yang anda baca atau ceritakan, tapi jangan di lebih-lebihkan. Variasikan kecepatan,irama suara sesuai kebutuhan.
  4. Variasikan nada suara pada berbagai karakter. Hal ini akan lebih mendramatisir dialog dan menghidupkan karakter yang ada. Lakukan secara wajar karena jika berlebihan.
  5. Jika ada ilustrasi, peganglah buku tersebut sehingga anak dapat melihatnya.
  6. Gunakan telunjuk untuk menunjuk barisan kalimat yang sedang dibaca tanpa menutupi gambar ilustrasinya.
  7. Alat Bantu juga bisa digunakan. Misalnya, pensil, boneka tangan, dan sebagainya yang bisa digunakan sebagai sarana untuk bercerita.
  8. Seri tanggapan pada reaksi atau komentar yang dilontarkan anak atas cerita yang Anda bacakan.

Dari uraian di atas kita dapat melihat bahwa ternyata cerita atau dongeng bisa menjadi wahana untuk mengasah imajinasi elan alat pembuka bagi cakrawala anak serta mencerdaskan anak baik dalam aspek kognitif, emosi, maupun aspek psikomotor anak. Oleh karena itu mulailahmeluangkan waktu di sela-sela kesibukan untuk berkumpul bersama keluarga dan menjadikannya sesi mendongeng sekaligus sarana berkomunikasi sehingga terjalin hubungan yang hangat dalam keluarga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun