Nilai tukar atau kurs (exchange rate) satu mata uang terhadap lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing. Nilai tukar merupakan jumlah mata uang dalam negeri yang harus dibayarkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Kenaikan nilai tukar disebut apresiasi dan penurunan nilai tukar di sebut depresiasi. jika suatu mata uang mengalami apresiasi, dikatakan bahwa mata uang itu menguat karena dapat membeli lebih banyak uang asing. Demikian pula ketika suatu mata uang mengalami depresiasi, di katakana bahwa mata uang tersebut melemah.
Ditengah situasi saat ini yang diakibatkan oleh pandemic corona, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada awal perdagangan Rabu pekan ini.Â
Hal ini merespons rencana pemerintah menerapkan skenario kondisi normal baru atau new normal. Mengutip Bloomberg, Rabu (27/5/2020), rupiah dibuka di angka 14.740 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.755 per dolar AS. Namun menjelang siang, rupiah bergerak melemah ke 14.745 per dolar AS.
Sejak pagi hingga pukul 10.30 WIB, rupiah bergerak di kisaran 14.740 per dolar AS hingga 14.756 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 6,34 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.761 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.774 per dolar AS.
Gubernur BI Perry Warjiyo sendiri membeberkan tiga faktor yang membuat mata uang Garuda tersebut perkasa dalam beberapa hari terakhir. Pertama, level rupiah rupiah saat ini masih undervalue. Kondisi ini menyebabkan mata uang Garuda tersebut berpotensi mengalami penguatan.
Faktor kedua terkait kepercayaan investor global terhadap langkah dan kebijakan yang ditempuh pemerintah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam menangani masalah kemanusiaan dan kesehatan imbas pandemi covid-19.
Faktor terakhir terkait kondisi risiko pasar keuangan global yang mulai mereda dan berangsur-angsur membaik. Salah satu indikatornya tercermin dari penurunan Indeks Volatilitas (VIX) yang merupakan indikator volatilitas pasar keuangan, khususnya di Amerika Serikat (AS).
Ditulis oleh : Dewi ListianiÂ
Perbankan syariahÂ
Uin Raden Intan Lampung
Dosen : Muhammad iqbal fasa