Janji... Oh Janji (Part 9/Tamat)

"Sudah lama menunggu, Fred ? Sorry ya, soalnya tadi pacarku masih dandan dulu. Biasalah cewek. Padahal sudah cakep lho menurutku," sapa Iwan pada Fredy yang sudah memesan tempat duduk agak di pojok.

"Ah, nggak apa-apa koq. Aku juga barusan datang. Belum seperempat jam. Oh ya, mana pacarmu yang katanya mau kamu kenalkan padaku ?" tanya Fredy.

"Sebentar lagi dia juga datang. Tadi dia masih mau ke belakang dulu. Prngertian sedikit lah. Maklum cewek !" kata Iwan santai.

"He he he... Koq kayak kebiasaan adikku aja. Tiap kali diajak pergi, pasti tempat yang dituju pertama kali.adalah kamar mandi. Nggak tahu ya, kenapa begitu ? Apa itu kebiasaan cewek, ya ?" tanya Fredy sambil ber-hehehe ria, yang disambut senyum Iwan.

"Oh ya, ngomong-ngomong mana adikmu ? Katanya kamu ajak juga ? Atau, hehehe... dia juga lagi ke belakang ya, sekarang ?" tebak Iwan.

"Wah, sayang tebakanmu salah. Sorry ya, dia nggak ikut. Aku sih udah mencoba mengajak dia, tapi dia nggak bisa. Sebenarnya dia sih pengen juga makan-makan bareng kita dan kenalan dengan kamu dan cewek yang bisa meluluhkan hatimu. Dia benar-benar salut sekali. Tapi, yah... dia lebih mengutamakan janji malam mingguannya dengan cowoknya. Ya, aku nggak bisa maksain kehendakku. Apalagi ini adalah untuk pertama kalinya adikku punya cowok. Tahu sendiri 'kan, rasanya falling in love for the first time," jelas Fredy panjang lebar tentang ketidakhadiran adiknya. Yang dijelaskan manggut-manggut mendengarnya.

"Wah, sayang sekali ya. Padahal aku juga pingin kenalan dengan adikmu. Cakep kan, dia ?" tanya Iwan.

"So, pasti dong. Kayak kakaknya, 'kan !" bangga Fredy.

"Wah, kalau itu aku nggak jamin deh !" gurau Iwan.

"Eh, Wan. Kalau kamu penasaran dengan adikku, habis makan-makan dan jalan-jalan nanti, kamu bisa langsung main ke rumahku. Nggak bakalan nyesel deh. Dia itu pinter nyanyi. Dan anehnya, akhir-akhir ini dia suka lagunya Stinky. Heran. Kok bisa sama ya seleranya sama kamu," tawar Fredy.