" Hei Fan, kok senyum-senyum sendiri ? Lagi hepi nih ceritanya ?" Fredy masuk ke kamar adiknya tanpa permisi. Nyelonong aja tanpa mengetuk pintu dan langsung rebahan di kamar adiknya.
" Mas Fredy, kulonuwun dulu kek. Atau ketok pintu lah. Senengnya kok ngagetin orang aja ! " protes Fanny sambil melepas walkmannya.
" Hayo, ketauan kalau lagi melamun ya. Lagian, percuma aja kalau aku ngetuk pintu atau kulonuwun. Kamu nggak bakalan dengar selama walkman itu ada di telingamu, " jawab Fredy.
" Iya juga ya... " jawab Fanny pelan. "Tapi seenggak-enggaknya mas Fredy punya sopan santun, kan ? " Fanny tak mau kalah.
" Sama adiknya sendiri kan nggak apa-apa, " cuek Fredy.
" Oh iya, gimana malam Minggu kemarin ? Asyik ya ? Diajak jalan-jalan ke mana saja ? Nonton ya ? Atau makan-makan ? Wah, pasti seru kan ? Lagian baru kali ini kamu ngedate. Ceritain dong ...! " bertubi-tubi pertanyaan Fredy. Tapi yang ditanya lagi asyik manggut-manggut di depan meja belajarnya, menulis sesuatu sambil mendengarkan musik dari walkmannya.
" Hei Fan, ditanya koq diam saja. Jawab dong !!! " protes Fredy sambil mematikan tape recorder dan mengambil kaset di dalamnya. Terang aja yang ngedengerin musik marah-marah.
" Ngapain sih, mas Fredy ! Datang-datang kok ngeganggu saja. Sudah masuknya nggak pakai permisi, sekarang ada orang lagi ngedengerin musik, malah diambil kasetnya. Apa sih maunya ? " marah Fanny.
" Heran aku. Kaset apaan sih ? Sampe-sampe aku ngomong, nggak kamu perhatiin ! " penasaran Fredy sambil memasang kaset yang tadi diambil ke dalam tape recorder di samping tempat tidur Fanny. Dan mengalunlah tembang manis ' Seandainya' milik Stinky...
" Dirimu selalu hadir
Di dalam mimpi-mimpiku
Selalu ku terbayang
Senyum manismu dalam sepiku