4. Man of April 10th yang ke empat adalah Bapak Tukimin, S.Sos. Kepala TU di Puskesmas Puncu.
Pada tanggal 10 April yang lalu, beliau merayakan tepat setengah abad usianya. Saat itu, sang anak yang kebetulan juga sedang magang di Puskesmas, memberikan kejutan pagi hari berupa kue ulang tahun black forest berlapis coklat putih dengan tulisan SELAMAT ULANG TAHUN dan lilin ber-angka 50 di atasnya.
Sambil menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun, aku sudah mengincar coklat putih yang melapisi kue tersebut. Hehehe... Sungguh tidak sopannya diriku ini !!!
Setelah selesai prosesi tiup lilin, cipika cipiki (cium pipi kanan - cium pipi kiri) dihadiahkan sang anak pada ayahanda tercinta. Aku sempat menitikkan air mata, teringat pada almarhum Papa yang kini sudah bahagia di atas sana.
Dan... acara potong kue pun dimulailah. Potongan pertama kue, tentu diberikan pada sang anak tercinta. Kemudian potongan selanjutnya sudah dipurak (dinikmati) beramai-ramai oleh teman-teman se-Puskesmas. Kehebohan pagi hari yang dipandang dengan terbengong-bengong oleh beberapa pasien di ruang tunggu yang terabaikan sesaat.
Pak Min, demikian beliau biasa dipanggil, adalah ayah dari seorang istri dan tiga orang anak. Seorang anaknya diangkat anak dan diasuh oleh sang kakak. Namun demikian, sang anak tersebut tetap care dengan ayah kandungnya dibandingkan dua saudara lainnya. Bahkan anak itulah yang mengingat hari istimewa sang ayah dengan memberinya surprise. Tahukah kalian, best wishes yang disampaikannya saat itu ?
" Aku berdoa, agar Bapak selalu tersenyum bahagia, saat ini dan sepanjang hidup Bapak "
Aku bersyukur bisa bertemu dengan beliau. Seorang yang sederhana, humoris, family man, sayang pada keluarganya dan terutama sayang pada istrinya. Sang istri yang mengidap Diabetes Mellitus tingkat lanjut, hingga mengganggu penglihatannya dan harus mendapatkan  suntikan insulin setiap hari, sudah hampir lima tahun ini tidak bisa beraktifitas sendiri.
Saat aku menyempatkan diri sekedar dolan ke rumah Pak Min, sang istri hanya duduk saja di kursi. Tak bergeming sama sekali. Yang repot dengan suguh, gupuh dan lungguh justru pak Min sendiri. Dan demikianlah, sepanjang percakapan kami disana, hingga aku berpamitan, istri pak Min tetap di posisi duduk awalnya.
"Nanti kalau sudah capek duduk, biasanya ibuk'e ya langsung tiduran aja di kursi itu. Baru berpindah kamar kalau saya atau anak-anak yang nuntun," pak Min menjelaskan.
Aaahhh... aku tidak bisa membayangkan hidup dalam dunia yang gelap seperti itu. Sedangkan bila malam hari ada oglangan (pemadaman listrik), aduh... rasanya sudah setengah mati alias setengah hidup. Sama sekali tidak nyaman. Sungguh bersyukur, Tuhan masih mengaruniakan mata minus ini kepadaku. Aku masih bisa melihat keindahan alam ciptaan Tuhan, kelucuan dua malaikat kecilku dan segala nikmat berkat karunia Tuhan yang boleh kurasakan sampai saat ini.
Berbicara tentang keindahan alam ciptaan Tuhan, Kelud adalah salah satu dari seabreg karya tanganNya yang luar biasa. Dan disanalah Tuhan perkenankan aku ngangsu kawruh (belajar) tentang menghargai hidup dan menerima tantangan untuk belajar bertahan.
Ketika aku masih menangis mempertanyakan rencana Tuhan atas hidupku, ketika aku masih beradaptasi dengan lingkungan baruku, tepat di hari ke 23 semenjak mutasiku yang bikin Gegana... Gelisah, Galau, Merana... demikianlah Kelud unjuk gigi menunjukkan keeksisannya di jajaran sabuk gunung berapi yang masih aktif. Meskipun dari kejauhan nampak mungil, namun kedahsyatan letusan yang kecil dan mungil itu dampaknya dirasakan secara luas..., seantero Nusantara mendapatkan gaung letusannya. Unforgotable Valentine Surprise di tahun 2014.
" Biyuh... biyuh... benar-benar malam yang tak terlupakan seumur hidup saya, Bu," cerita awal pak Min kepadaku.