Setiap orang memiliki lobus parietal baik sebalh kiri maupun kanan, yang letaknya di atas otak, yang mana masing-masing saling berkaitan dalam hal keterampilan, baik berupa membaca, menulis, serta pemrosesan sensori seperti nyeri, panas dan dingin.
Lantas, bagaimana agar mengetahui bahwa seorang anak itu mengalami disgrafia?
Disgrafia dapat di ketahui kebanyakan oleh pihak medis, termasuk dokter dan psikologi berlisensi atau ahli kesehatan mental lain yang sudah terbiasa menangani orang yang tidak berkemampuan belajar.
Tidak hanya itu saja, dengan terapi okupasi, psikologi sekolah, atau guru pendidikan khusus juga dapat membantu dalam mengetahui apakah anak tersebut mengalami disgrafia.
Jika anak-anak, dapat pula terlihat dari pelaksanaan tes IQ, nilai pekerjaan akademis/ tugas sekolah yang telah di periksa.
Setelah uraian di atas, terdapat pula terapi sederhana yang dapat di lakukan untuk membantu meningkatkan keterampilan menulis dengan tangan, diantaranaya: (1) memegang pensil atau bulpoin menggunakan cara yang baru untuk mempermudah ketika menulis, (2) bermain dengan tanah liat, maksudnya ialah agar tangan mendapatkan stimulasi untuk tidak kaku, (3) belajar huruf-huruf, (4) menggambar garis-garis sederhana/ atau hanya berupa garis-garis, (5) mengerjakan teka-teki yang berupa menghubungkan titik-titik.
Bagi sebagian orang disgrafia ini mungkin mereka alami, lantas untuk kita yang Alhamdulillah normal, dapat menulis dengan mudah, bersyukurlah... sebab banyak di luar sana yang ingin seperti kita, yang terpenting dalam sebuah kehidupan itu berupayalah berbagi dan bersyukur, itulah nikmat yang tidak ada tandingannya.
Semoga tulisan saya bermanfaat, salam dari saya.