"Teh Dewi, posisi di mana?" tanya admin Mamah Gajah Ngeblog (MGN) kemarin malam.Â
Aku yang baru saja sampai di rumah Cirebon langsung membalas chat di WhatsApp tersebut, "Alhamdulillah ... Aku baru aja turun gunung nih hehehe ..."
"Wah, gunung mana Teh?" tanyanya lagi.
Kepo rupanya hahaha ... Jadi deh aku ceritakan dari mana tadi dan sekalian berbagi tentang Villa Qur'an. Gunung Ciremai yang dikenal sebagai atap Jawa Barat menyimpan banyak cerita. Salah satu cerita yang menarik adalah pengalamanku bersama suami tracking dari Desa Gandasoli hingga ke Desa Pejambon, Kramatmulya, Kuningan.Â
Aku sengaja memilih liburan dan tinggal di rumah penduduk desa. Kebetulan masih kerabat dan posisi rumahnya dekat dengan destinasi yang ingin aku kunjungi. Â Villa Qur'an memiliki letak yang strategis. Berada di tengah pemandangan sekitarnya yang eksotis, indah menawah, dan udaranya sejuk. Sungguh aku kepincut dengan suasana di sini. Pastinya siapa pun yang mengunjunginya juga akan merasa betah untuk berlama lama.Â
Ada masjid dan ruang aula yang dilengkapi dengan kamar-kamar untuk santri. Layaknya sebuah pesantren. Halaman luas yang rindang dengan pohon-pohon besar. Ada beberapa villa dengan desain yang unik dan menarik. Bahan utama yang digunakan adalah kayu dan batu bata merah.Â
Di sisi timur yang menghadap ke sebuah lembah, aku bisa melihat punggung Gunung Ciremai yang hijau dan tampak hutan pinus yang masih rimbun. Walau tadi saat naik menuju lokasi sempat melihat beberapa spot yang gundul, sedih... Nah, aku dan suami sengaja duduk di ujung sebuah jembatan kayu untuk memandang matahari yang masih malu-malu beranjak naik. Warna jingganya memudar membuat langit tampak semakin biru berhias awan putih.
Beberapa santri pagi itu sedang berolahraga dan ada juga yang santai bermain di dekat tempat kami menikmati semilir angin. Aku mendekati mereka dan mengajak berbincang. Wah, ternyata ada yang berasal dari pulau Papua, Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Tak salah rupanya ada nama yang tertera di Google Map adalah Villa Qur'an Yatim Seribu Pulau.
Santri-santri yang mukim di pesantren ini ada juga yang mualaf. Kemudian mereka belajar agama dan menghafal Al-Qur'an masyaallah ...
Setelah merasa puas dan hari semakin siang, aku kembali berjalan kaki menuju rumah. Sepanjang jalan aku menjumpai kebun buah jambu merah dan kopi. Memang desa Pajambon dikenal sebagai penghasil utama jambu biji merah dan kopi. Penduduk desa mayoritas bekerja sebagai petani. Sawah ditanami padi dan palawija yang tumbuh subur karena tanahnya mengandung unsur hara yang kaya hasil dari letusan gunung.
Ada yang unik di desa-desa yang berada di kaki Gunung Ciremai yaitu batu-batu besar, bahkan ada yang sebesar mobil masih dipertahankan. Tomat, sawi, kacang panjang, buncis, jagung, kubis, bawang merah, labu, dan ubi jalar adalah palawija yang biasa ditanam petani di sini. Alhamdulillah ... Oya, hasil bumi ini dipasarkan melalui agrowisata lokal seperti Agrowisata Pakuwon, yang  memiliki potensi sumber air panas alami dari kaki Gunung Ceremai.Â
Matahari semakin tinggi, aku mampir di sebuah rumah yang di depannya ada meja sederhana dan beberapa keranjang berisi jambu merah. Wah, ini buah kesukaanku untuk dibuat jus yang segar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI