Mohon tunggu...
Dewi Iriani
Dewi Iriani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

saya adalah diri saya, yang suka belajar, suka menulis. Sahabat yang baik membuat saya bahagia. Saya suka berteman. Teman bagi saya adalah aset, ia juga inspirasi sekaligus teman berbagi, terutama berbagi ilmu. Indahnya hidup jika mempunyai banyak teman - teman yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salah Kaprah Penulis Dewasa Ketika Membuat Cerita Anak

28 November 2011   13:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:05 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siapa bilang membuat cerita anak itu mudah? Kelihatannya sih iya. Untuk membuat satu cerpen saja hanya membutuhkan dua sampai tiga halaman. Tema bisa macam-macam, begitu semarak bertebaran di sekitar kita. Tapi coba deh buat satu saja, kemudian kirimkan ke media, ke koran atau ke majalah anak. Apakah diterima dengan mudah? Hohoho, ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan, bukan?

Berkaca dari pengalaman, berikut adalah beberapa hal salah yang kerap dilakukan oleh penulis dewasa dalam membuatcerita anak.

Fakta membuktikan, banyak penulis dewasa gagal membuat cerita anak. Rata-rata mereka tidak menempatkan pola pikir mereka dalam dunia anak. Mereka membuat cerita anak dengan pola pikir orang dewasa. Yang terjadi adalah tokoh ceritanya anak-anak tapi dengan gaya berpikir bukan layaknya anak-anak.

Sebagai bahan evaluasi, coba perhatikan tema cerita yang kita buat.Kita mungkin berpikir tema cerita kita bagus. Tetapi apakah sudah sesuai dengan keinginan atau minat anak sebagai pembaca? Ingat, tidak semua persoalan bisa disajikan untuk anak lho. Jangan sampai terjadi, anak tidak memahami maksud cerita yang kita sampaikan. Percuma cerita kita bagus, kalau hanya bisa dinikmati oleh kita sendiri. Sedangkan tujuan untuk segmen anaknya tidak tercapai.

Timbul pertanyaan, jadi tema ceritaseperti apa yang sesuai untuk anak? Sesuatu yang akrab dengan dunia mereka. Hal-hal yang ada di sekitar mereka. Kalau mau tahu lebih dalam, lakukan saja pengamatan.Cari tahu apa yang ada di kepala mereka. Apa yang biasa mereka lakukan. Bagaimana cara berpikir mereka. Apa yang menarik perhatian mereka dan lain sebagainya.

Melakukan observasi seperti itu penting. Karena sebenarnya kita mempunyai rencana tersembunyi. Sebuah misi rahasia dalam rangka pendidikan moral intelektualnya. Alasannya simpel saja. Bukankah kita akan memasukkan sebuah nilai pada otak mereka, lewat buku yang akan mereka baca nantinya?

Setelah melakukan observasi, kita tercengang mengetahui dunia mereka. Ternyata dunia mereka sangat sederhana. Hanya dua kata saja: belajar dan bermain. Termasuk di dalamnya memuaskan rasa ingin tahunya akan berbagai hal. Untuk itu penulis diharapkan bisa menyusupkan pengetahuan yang bisa menggugah imajinasi mereka.

Jadi teringat salah satu penerbit yang kukirimi naskah kumpulan cerpen anak. Naskahku ditolaknya, tapi tidak seratus persen. Ia ingin aku merevisinya kembali menjadi cerita pictorial book. Ada beberapa catatan yang dia berikan padaku sebagai pedomannya. Salah satunya, naskahku nantinya harus bisa menggugah imajinasi anak. Artinya, hal ini penting juga sebagai prasyarat dalam membuat cerita untuk anak.

Selain hal-hal di atas, dalam bahasa pun, penulis dewasa banyak yang salah kaprah. Sebagai contoh mereka banyak menggunakan gaya bahasa yang indah dengan kalimat yang cukup panjang. Lihat rangkaian kata di bawah ini. ‘Cahaya matahari pagi menyapu lembut kepalaku, saat kuayunkan langkah dengan cerianya menuju sekolah.’ Selain kepanjangan, kata-kata seperti itu tidak praktis bagi seorang anak. Mungkin bisa diganti dengan kalimat-kalimat seperti ini : ‘Pagi telah datang. Cahaya matahari menghangatkan rambutku. Dengan ceria aku berangkat ke sekolah.’

Ingatlah satu hal, pengetahuan bahasa mereka belum memadai. Jadi karena masih minim kosa katanya, maka cara berkomunikasi kita dengan mereka adalah dengan menggunakanbahasa yang sederhana. Hindari kata-kata sulit atauistilah yang masih asing bagi mereka.

Selanjutnya adalah tatanan nilaiyang kita sisipkan dalam cerita. Selipkanlahpesan secara halus untuk pendidikan moralnya. Hindari jauh-jauh kesanmenggurui. Pesan yang kita sampaikan hendaknya bisa diterima oleh anak. Sehingga bisa memperkuat karakter mereka lewat cerita yang kita sajikan.

Hm, diam-diam dalam hati kecil aku berbisik : Ya Allah, semoga aku bisa menghasilkan tulisan yang bagus, yang bisa diterima anak dan membangun karakter mereka. Aku pikir, lewat profesi penulislah harusnya terlahir generasi bangsa yang unggul budi pekerti dan cerdas otaknya. Semoga saja. Amin.

***

Catatan :

Penulis mempunyai sebuah buku antologi cerita anak : Dearlove for Kids#1terbitan Hasfa Publisher. Cerita anak yang pernah diterbitkan media adalah “Si Pohon Cabe Yang Sombong”, diterbitkan Lampungpost, Minggu 08 mei 2011. Dan sebuah cerita anak berjudul “Kolibri, si Burung Sombong”, diterbitkan majalah Mentari Surabaya. Saat ini masih rajin mengirim naskah ke penerbit walau beberapa kali terkena dampak negatif berupa penolakan. Hehe….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun