Museum memang rata-rata masih belum menjadi tujuan wisata utama apabila pergi ke suatu daerah. Tapi, apabila wisatawan ingin kenal daerah tersebut lebih mendalam, baik tentang sejarah maupun budayanya, maka museum ibarat  pemandu yang baik.
Nah, dalam rangka memperingati Hari Museum Internasional yang diperingati setiap 18 Mei, saya akan bercerita tentang pengalaman menjelajah Museum Lampung yang juga disebut Museum Ruwa Jurai.
Hari itu langit begitu gelap. Setelah memarkir kendaraan, saya bergegas memasuki halaman menuju bangunan museum yang nampak megah dengan dominan warna kuning dan jingga. Warna yang cerah dengan aksen dan motif khas Lampung di eksteriornya.
Museum ini lokasinya tak jauh dari pusat kota Bandar Lampung. Letaknya di Jalan H. Zainal Abidin Pagar Alam No.64, Gedung Meneng.
Di halaman ada beberapa koleksi unik yang dipajang. Ada meriam peninggalan kolonial, bola besi pembuka lahan transmigrasi, dan replika rumah adat Lampung. Sayangnya saya tidak bisa mengamati lebih dekat koleksi tersebut. Hujan seketika turun begitu deras.
Saat itu museum sedang sepi. Hanya ada beberapa saja pengunjungnya, yang kemudian pulang ketika saya tiba. Alhasil saya jadi sendirian. Mungkin karena pada saat itu hari kerja. Tiket masuknya murah, hanya Rp5 ribu per orangnya.
Waktunya menjelajah.
Museum ini memiliki dua lantai. Koleksinya disebut sekitar 4.700 buah yang terbagi menjadi 10 kategori, yaitu koleksi arkeologi, etnografi, filologi, geologi, biologi, keramik, seni, teknologi, numismatik, dan koleksi bersejarah.