Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Banyak Empang dan Tambak di Subang, Perikanan Jadi Salah Satu Sektor Unggulan?

13 April 2025   15:07 Diperbarui: 14 April 2025   17:35 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga di Tenggulun, Kalijati, memanfaatkan sebagian ladang untuk empang (dokpri) 

Subang bukan hanya terkenal sebagai penghasil nanas. Subang juga unggul di perikanan. Ini bisa dilihat di salah satu kecamatan di Subang, yakni Kalijati, yang punya banyak empang. Hasil empang tersebut di antaranya gurami, ikan patin, dan nila. Daerah Pantura Subang juga banyak tambak dan nelayajm

Ketika merayakan lebaran di Desa Tenggulun, Kalijati, kami menjelajah beberapa kawasan. Di antara hutan karet, juga tak sedikit warga yang memiliki empang. 

Para pemilik empang umumnya juga memiliki ladang atau sawah meski tidak luas. Empang tersebut umumnya dikelola secara apa adanya.  Namun juga ada yang serius mengelolanya, hingga dibuatkan pemancingan, homestay sederhana, dan juga ada yang menjadi pusat penelitian. Mengapa bisa begitu? 

Rupanya empang di daerah desa Tenggulun Kalijati awalnya bukan kebiasaan turun-temurun, meski tak sedikit yang juga memilikinya. Dulu warga setempat lebih banyak bertani, terlibat di perkebunan karet, atau menjadi pekerja pabrik. 

Ada pertanian dan perikanan yang selaras (dokpri) 
Ada pertanian dan perikanan yang selaras (dokpri) 

Namun kemudian ada warga yang sukses mengembangkan lahan yang kurang produktif menjadi empang atau kolam ikan. Empang tersebut digunakan untuk budidaya beragam ikan air tawar, seperti ikan mas, gurami, patin, sepat, tawes, mujair, dan nila. Dan, sambutan pasar rupanya bagus. Alhasil makin banyak warga yang meniru usahanya, sehingga Kalijati juga terkenal sebagai penghasil ikan air tawar. 

Nah, ketika melihat sawah berselang-seling dengan empang rasanya menyenangkan. Ada juga kafe modern di jalan raya yang di belakangnya juga ada empang. 

Tak sedikit yang menjadikan emangnya jadi kolam pemancingan untuk menambah pemasukan (dokpri) 
Tak sedikit yang menjadikan emangnya jadi kolam pemancingan untuk menambah pemasukan (dokpri) 

Selain daerah Kalijati, ada banyak penghasil ikan air tawar di Subang. Daerah-daerah tersebut di antaranya Sukamandi, Cijambe, Tanjungsiang, dan Pringkasap. Rata-rata komoditi yang dibudidayakan adalah nila, patin, gurami, dan ikan lele. 

Salah satu daerah yang sukses mengembangkan wisata edukasi budidaya air tawar dan wisata adalah Kampung Ikan Lembah Tanjung di Tanjungsiang. Di sini pengunjung selain bisa menikmati panorama alam yang indah, juga bisa belajar menanam padi di sawah, berkemah, bermain rakit, hingga belajar budidaya ikan air tawar seperti cara mengenal pakan ikan, memelihara ikan yang selaras dengan alam,  menjernihkan air, dan sebagainya. Ini konsep wisata yang menarik bagi anak-anak dan keluarga. 

Hijau-hijau lihat sawah lalu empang (dokpri) 
Hijau-hijau lihat sawah lalu empang (dokpri) 

Ikan air tawar ini selain dijual dalam bentuk segar untuk memenuhi kebutuhan warga di Subang dan daerah-daerah sekitarnya, juga diawetkan dalam bentuk ikan asin. Ikan asin nila banyak peminatnya Sayangnya belum banyak inovasi untuk produk ikan air tawar ini. Misalnya diolah dalam bentuk pepes, sambal, kerupuk, pakan ternak untuk durinya, dan sebagainya.

Namun rupanya sudah ada yang memulai untuk memanfaatkan hasil budidaya air tawar seperti keripik ikan nila, abon ikan nila, dan sambal ikan teri. Produk ini mulai dikenal, hanya pemasarannya belum meluas dan belum banyak dikenal. 

Mudah-mudahan Pemda dan pihak swasta melirik potensi tersebut sehingga banyak warga Subang yang makin sejahtera dengan budidaya air tawar yang berbasis lingkungan. Juga tentunya diharapkan membuka peluang  lapangan pekerjaan. 

Bagaimana dengan Ikan Laut?
Subang juga memiliki daerah pesisir yang juga umum disebut Subang wilayah pantura, seperti Blanakan, Pamanukan, dan Legonkulon. Di sini juga banyak tambak dan kampung nelayan. Dari tambak dihasilkan udang, bandeng, dan nila salin. 

Sedangkan nelayan Subang pantura umumnya menangkap ikan seperti ikan layang, tongkol, kembung, dan teri. Ikan-ikan tersebut dijual segar juga diawetkan. 

Ada juga yang diawetkan dalam bentuk pindang ikan (dokpri) 
Ada juga yang diawetkan dalam bentuk pindang ikan (dokpri) 

Produk ikan Subang di antaranya dibuat bakso ikan laut alias kamaboko. Juga ada yang mulai menjual ikan lapan crispy dengan varian orisinil, pedas,  keju, dan barbeque. Ikan presto seperti bandeng presto juga ada meski masih kalah populer dengan bandeng presto Semarang. Oh iya juga ada pindang ala Subang. Kreatif ya. 

Pindang Ikan Ala Subang
Aku baru mengenal pindang ikan ala Subang ketika bibi dari pihak pasangan mengajakku belanja pindang ikan mumpung penjualnya sebentar lagi akan berkeliling. 

Penjual ikan pindang ala Subang (dokpri) 
Penjual ikan pindang ala Subang (dokpri) 

Gaya penjual kelilingnya beda dengan penjual ikan pindang alias ikan cue di Jakarta. Ia bukan tukang sayur, melainkan penjual khusus pindang Subang dengan bersepeda motor dan empat panci besar isi ikan di kanan kiri motor. 

Ada berbagai jenis pindang ikan yang dijualnya, yakni ikan salem besar, ikan salem kecil, tongkol, dan juga ikan deles alias ikan layang. 

Nah, bedanya dengan ikan pindang atau ikan cue pada umumnya, ikan-ikan ini tak hanya diberi garam dan dikukus lama, melainkan dibumbui dengan berbagai rempah, lalu dimasak dengan teknik tertentu selama berjam-jak hingga matang dan bisa tahan lama. 

Bumbu pindang ikan Subang cukup banyak. Ada bawang merah, bawang putih, daun salam, lengkuas, serai dan masih banyak lagi. Pindang ikan ini sudah matang, jadi sebenarnya bisa tinggal dihangatkan. Paling enak sih digoreng agak kering lalu disantap dengan tumis sayuran atau sayur asem dan sambal pedas. 

Harga pindang ikan Subang masih relatif terjangkau. Tiga pindang mungil dihargai Rp10 ribu. Yang besar bisa Rp10ribu atau Rp25 ribu dapat dua. Kalian juga bisa menawar kok. Beli banyak juga biasanya dapat bonus. 

Pindah ikan ini cukup tahan lama asal ditaruh di kulkas. Kalau di suhu ruangan maksimal tahan dua harian

Oh iya ada kampung tersendiri yang mengolah ikan pindang ala Subang. Namanya Kampung Blok Pindang. Umumnya ada di Pagaden, Subang.  Kalian bisa membeli ikan pindang yang baru matang di sini. 

Tinggal pilih mau pindang ikan tongkol, deles, atau ikan salem? (Dokpri) 
Tinggal pilih mau pindang ikan tongkol, deles, atau ikan salem? (Dokpri) 

Wah perikanan bisa jadi sektor unggulan ya di Subang. Semoga makin banyak inovasi dan warga Subang makin sejahtera. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun