Setelah puas menyaksikan dan berkhayal tentang posisi para arca di Candi Singhasari, aku memasuki ruangan berikutnya yaitu ruang imersif. Di sini ada cerita rangkaian sejarah panjang proses pengembalian artefak ke tanah air lewat visual yang menarik.
Koleksi keris Klungkung membuatku takjub. Keris ini nampak indah dan mewah, dengan sentuhan emas dan hiasan baru mulia. Keris ini baru tiba bulan November, sehari sebelum disematkannya gelar pahlawan nasional ke Raja Klungkung Ida Dewa Agung Jambe.
Ketika membaca detail cerita perjuangan rakyat dan Raja Klungkung di katalog, aku begitu sedih. Korban jiwa begitu banyak di pihak Klungkung, lebih dari seribu jiwa. Raja Klungkung bertempur hingga titik darah penghabisan. Rupanya aku tak banyak tahu tentang peristiwa ini yang berkaitan dengan perdagangan candu di Bali.
Nah untuk panel sendiri ini seperti hiasan dinding dengan gambar hewan-hewan mitologi yang terpengaruh dari kebudayaan Tiongkok. Warna panelnya masih tajam, yaitu dominan merah dan emas.
Sementara koleksi Museum Nusantara menampilkan artefak bersejarah lainnya yang juga dikembalikan ke tanah air, seperti aneka keris, benda-benda upacara, perhiasan, kain tenun, dan lainnya.
Wah melihat animo masyarakat yang besar, sepertinya pameran ini perlu diadakan kembali atau sambil menunggu koleksi seni Pita Maha Bali yang direncanakan kembali akhir tahun ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI