Film horor asal Belanda yang berjudul Moloch menarik perhatian sinefil saat diputar di World Cinema Week (WCW) . Pasalnya, film ini disebut-sebut memiliki adegan menyeramkan yang seperti yang ada di Pengabdi Setan (2017). Benarkah?
Sebenarnya poster film Moloch-lah yang menarik perhatianku akan film horor yang dibesut oleh Nico van den Brink ini. Aku langsung tertarik dan penasaran untuk menyaksikan film ini. Untungnya setelah tayang di WCW, film ini juga bisa dinikmati di KlikFilm dengan takarir bahasa Indonesia.
Poster film inilah yang mungkin membuat sinefil menyebut filmnya memiliki aura seperti film horor yang melejitkan nama Joko Anwar. Dalam poster tersebut terlihat rumah terpencil dengan hantu-hantu perempuan mengelilingi.
Kabut berwarna kehijauan dan lampu merah yang terlihat di loteng merah melengkapi nuansa yang menyeramkan.
Lantas bagaimana dengan ceritanya?
Cerita Moloch sebenarnya berfokus pada legenda setempat dan pemujaan kepada Moloch. Ia adalah entitas kuat yang bisa mengabulkan permintaan. Hanya, pengorbanan yang diberikan pun sangatlah besar. Orang-orang putus asa  bisa jadi yang tak sengaja mengikat sumpah kepada entitas ini.
Moloch sendiri bisa berarti sebuah kiasan. Moloch bisa dimaknai sesuatu yang memerlukan pengorbanan sangat berharga.
Legenda dan sosok kuat itulah yang menjadi latar cerita kejadian yang terjadi di sebuah rumah terpencil di Belanda. Rumah yang pemiliknya memiliki tanah yang sangat luas, dengan hutan dan rawa-rawa.
Dikisahkan pada tahun 1991, seorang anak perempuan mendapati darah merembes dari lantai loteng rumahnya. Betriek, nama anak perempuan tersebut. Rupanya si nenek yang meninggal. Pembunuhnya tak ketahuan pelakunya.
Tiga puluh tahun kemudian Betriek (Sallie Harmsen) kembali ke rumah orang tuanya. Ayahnya jadi alkoholik dan ibunya mengalami penyakit misterius. Ia sendiri merasa kehilangan karena suaminya meninggal. Oleh karena kemalangan bertubi-tubi ia menganggap keluarganya dikutuk. Ia kini hanya ingin menjaga orang tuanya dan putrinya semata wayang, Hannah.
Konflik mulai bergulir ketika seorang gelandangan ditemukan meninggal tak jauh dari tanah mereka. Ia rupanya sedang menggali dan tewas di galiannya. Betriek terkejut ketika ayahnya memberitahu kejadian tersebut karena ia yakin melihat sosoknya di halaman rumahnya pada malam hari.
Hari berikutnya seseorang menerobos rumah mereka dan hendak membunuh ibu Betriek. Sejak itu ayah Betriek sangat waspada dan sempat mengamuk ke kelompok arkeolog dipimpin Jonas (Alexandre Willaume) yang melakukan penggalian di lokasi yang dekat tanah mereka.
Rupanya pekerja yang menerobos itu memang  salah satu pekerja di proyek penggalian tersebut. Diduga ia kerasukan setelah melakukan penggalian.
Jonas sendiri mulai dihadapkan dengan teka-teki yang rumit dan aneh. Dari hasil penggalian tersebut timnya menemukan beberapa mayat perempuan dengan luka yang mirip.
Apakah mayat-mayat berusia ratusan tahun itu ada hubungannya dengan peristiwa yang dialami Betriek.
Wah sepertinya aku terlalu banyak memberikan paparan ceritanya. Jadi spoiler hehehe.
Selama menikmati horor berdurasi 90 menitan ini kalian harus bersabar karena ini jenis horor yang temponya lambat. Percayalah kesabaran kalian akan terbayar dengan adegan-adegan penutup yang membuat kalian menghela nafas.
Film ini dibuka dengan gambar hutan dan rawa berkabut hijau yang terasa sinematik dan mencekam, menggiring penonton untuk memasuki nuansa cerita yang kelam.
Nico van den Brink tidak ingin buru-buru memberikan petunjuk kepada penonton. Biarkan penonton menebak-nebak dulu apa yang terjadi. Bahkan ia juga pelit untuk memberikan penampakan menyeramkan. Secukupnya saja. Biarkan kengerian itu masuk perlahan-lahan, sebelum memasuki puncaknya.
Gambar-gambarnya indah. Aku paling suka dengan gambar-gambar di rawa dengan kabut kehijauan. Nampak misterius.
Skoring musik dari Ella van der Woude berhasil menambah nuansa yang menyeramkan. Skoring ini juga berhasil memberikan penghargaan berupa Best Musik di Dutch Film Festival 2022 dan meraih Best Music di Golden Calf 2022 . Film ini sendiri juga mendapat penghargaan Melies d' Argent Award di Brussel International Fantastic Film Festival.
Film horor ini tak sempurna. Ada beberapa hal yang terasa janggal, seperti drama anak yang menampilkan cerita legenda dan hal-hal lainnya yang sebaiknya kalian tonton sendiri.Â
Moloch adalah horor dengan tempo lambat. Ia memiliki latar legenda setempat dan sosok Moloch yang menakutkan. Skoringnya berhasil menambah suasana yang mencekam. Skor: 7.3/10
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI