Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serial Nasi Goreng #4 - Nasi Goreng Arang

24 Juli 2020   21:02 Diperbarui: 24 Juli 2020   20:59 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi goreng arang dimasak dengan anglo (dokpri)


"Ikut Tante yuk," ajak Tante Ana. Aku menjawab dengan bergegas merapikan diri dan mengambil tas selempang. Tante Ana suka pergi dengan spontan. Biasanya tempatnya mengasyikkan.

Tante tak membawa kunci motor. Ia bilang kami akan berjalan kaki karena lokasi tujuan kami tak begitu jauh. Aku senang-senang saja. Lokasi perumahan tante itu memang enak buat jalan kaki. Jalannya lebar dan kanan kiri banyak pohon rindang.

"Ini ujian sabar. Setelah jalan kaki, kita akan ada ujian lagi yaitu proses memasaknya yang agak lama," terang Tante. Aku mendelik penasaran. Wah kami mau ke mana ya?

Aku kemudian tahu jawabannya ketika Tante berhenti di sebuah kedai. Tempatnya kecil dan nampaknya mereka baru berbenah, baru akan buka. "Wah pas banget nih, baru buka. Telat 15 menit lagi bisa antri panjang," Tante Ana tersenyum puas. Aku hanya beroooh ini toh tujuan Tante Ana. Warung Nasi Goreng Anglo.

Kami berdua duduk berhadapan di bangku kayu panjang. Kedainya sederhana. Tak banyak pernak-pernik. Kurang menarik jika diunggah di instagram.

Kami memesan dua nasi goreng arang. Aku minta lebih pedas. Tante meminta untuk ditambahkan potongan ati ayam di pesanan kami berdua.

Benar kata Tante Ana ini ujian kesabaran. Si penjual memasaknya satu-persatu. Ia mengiris sayuran berupa kol lalu mengocok telur. Mengiris ayam dan kemudian menumis bumbu. Bumbunya sudah disiapkan, aku jadi tak bisa menebaknya.

Aku paham maksud Tante. Sepuluh menit kemudian mulai muncul antrian. Ada yang pesan dua bungkus dibawa pulang. Ada juga yang memilih untuk disantap di tempat. Semakin lama antrian semakin panjang. Banyak yang pesan kemudian ditinggal pergi.

Petugasnya ada dua. Sayangnya anglonya hanya satu. Satu petugas hanya bagian mencatat pesanan dan membuatkan air minum.

Akhirnya pesananku jadi. Nasi goreng kemerahan yang pera dengan irisan kubis, suwiran daging ayam, telur orak-arik dan potongan ati ayam. Porsinya besar. Tante yang tak sabar kemudian mengambil sendok dan ikut bersantap denganku.

Aku memasukkan satu sendok ke mulutku. Rasanya gurih dari nasi berbumbu, telur, dan daging ayamnya. Ada nuansa segar dari kubis. Potongan ati ayam memberikan tekstur yang kasar di lidah. Ia juga memberikan rasa dan aroma yang khas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun