Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Mini | Hot Chocolate is The New Coffee

24 Juni 2020   16:21 Diperbarui: 24 Juni 2020   16:33 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susu cokelat hangat yang sedap (Gambar oleh Steve Buissinne dari Pixabay)

Aku duduk di bangku sudut. Tempat favoritku. Tersembunyi dari mata pejalan kaki. Kebalikannya, aku melihat mereka. Aku bisa memerhatikan mereka semauku tanpa tanpa tertangkap mencuri pandang. Sambil menyesap cokelat hangat, mataku memerhatikan situasi di luar kafe.

Aku gembira kafe ini kembali buka pada masa new normal. Setelah hampir tiga bulan. Meja dan bangku diatur sedemikian rupa hingga berjarak. Dan senyumku merekah ketika bangku favoritku masih seperti semula.

Aku kembali memesan minuman favoritku selama dua bulan terakhir sebelum kafe ini tutup. Cokelat hangat dengan banyak susu.

Lalu aku mulai melakukan aktivitas seperti dulu. Memerhatikan lalu lalang pejalan kaki yang selalu seolah-olah terburu-buru. Aku berharap menemukan sosok itu. Dan akan lebih bahagia lagi jika ia mampir ke kafe dan duduk di dekatku.

Ialah yang mengubah seleraku. Dari kopi hitam, kopi Gayo, kopi Toraja menjadi penggemar cokelat susu. Hei bukankah cokelat susu juga lagi hip dan banyak digemari pengunjung? Kuperhatikan yang tak gemar kopi biasanya memilih minuman cokelat susu.

Ia, pria berambut gelombang dengan topi dan gitar di punggungnya biasanya memesan cokelat hangat. Aku tahu dari model wadah minuman dan cara ia membawanya.

Ia selalu membawa gitar tapi aku tak melihatnya mengamen di jalanan. Apakah ia musisi atau anggota band?

Sejak melihatnya sering memesan cokelat hangat aku jadi penasaran akan cita rasanya. Aku mulai memesannya. Awalnya kuminta tambahkan kopi sedikit di dalamnya. Lama kelamaan aku mulai bisa menyeruputnya hanya dengan sekedar cokelat dan susu segar. Bahkan kini aku suka susunya diperbanyak. Aku merasa seperti anak-anak. Tak apa-apa aku menyukainya. Cokelat hangat seperti kopi varian anyar.

Biasanya aku hafal jam-jam ia ke sini. Aku memerhatikan sejak ia berjalan menuju kafe dari trotoar. Aku juga melihatnya ke luar dari kafe dan kemudian berjalan ke arah jembatan untuk naik Trans Jakarta. Kadang-kadang aku bisa mengenalinya di antara calon penumpang. Setelah ia bisa masuk ke dalam bus, barulah aku merasa lega.

Hei siapa dia dan apa arti aku baginya? Itu tak penting.Aku juga tak yakin ia akan kembali ke kafe ini.  Berkat dia aku tahu rasa minuman cokelat hangat. Karena dia, aku jadi suka memerhatikan para pejalan. Dari situ aku berencana menyusun sebuah eksperimen sosial, tentunya melibatkan cokelat hangat. Apakah itu, Kalian akan tahu segera.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun