Arab Saudi dalam dua tahun terakhir ini telah melakukan perubahan signifikan, termasuk dalam industri hiburan.Â
Setelah melakukan kejutan dengan kembali membuka bioskop yang telah 35 tahun ditutup, baru-baru ini mereka mengundang Jason "Aquaman" Momoa, Jean Claude van Damme, dan Jackie Chan di sebuah konferensi perfilman.Â
Mereka nampak bersungguh-sungguh untuk merealisasikan rencana memiliki industri perfilman berkelas dunia.
Hal ini merupakan kabar mengejutkan, karena selama ini Arab Saudi dikenal sebagai salah satu negara yang konservatif.Â
Namun, jika menilik pembukaan dua bioskop di Riyadh dan Jeddah, masing-masing pada April 2018 dan Januari 2019, maka memang besar kemungkinan Arab Saudi serius untuk mencoba berinvestasi di industri non migas.
Kulihat dalam foto tersebut film-film yang diputar adalah film Hollywood yang sedang tren masa itu, seperti "Captain Marvel", "Second Act", dan "Dumbo".Â
Namun, aku mulai bersemangat dan begitu penasaran untuk menelusuri tentang industri hiburan perfilman di Arab Saudi ini setelah adanya berita tentang konferensi perfilman yang dihadiri banyak pelaku di dunia hiburan, termasuk dari Hollywood dan Bollywood.
Investasi Trilyunan dan Rencana 40 Bioskop dalam Lima Tahun Mendatang
Pemerintah Arab Saudi rupanya tak main-main dengan rencana bergerak di industri hiburan. Mereka akan mengucurkan dana sekitar Rp 900 Triliun untuk mewujudkan rencana menjadi pusat perfilman dunia.
Jika ingin menyaksikan film di bioskop maka mereka harus pergi ke negara tetangga seperti United Arab Emirates, Bahrain, Qatar, dan Yordania. Uang-uang yang tak sedikit itu lari ke luar negeri.
Melihat kondisi industri migas yang sedang tak menggembirakan, Arab Saudi pun merasa sudah waktunya untuk mencari peluang usaha di bidang non migas. Dengan melihat potensi industri hiburan yang besar, maka mereka pun meliriknya.Â
Hal tersebut didukung pula oleh antusiasme warga yang begitu besar setelah pembukaan dua bioskop tersebut maka kemudian direncanakan akan dibangun 40 bioskop di 15 kota selama lima tahun ke depan.Â
Tak tanggung-tanggung, Arab Saudi berencana memiliki 50-100 bioskop hingga tahun 2030. Ya, Arab Saudi tak main-main dengan rencana investasinya ini.
VOX Cinemas merupakan jaringan bioskop terbesar di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara dengan 441 layar. Ia dimiliki oleh Majid Al Futtaim Group yang berpusat di Dubai.Â
Mereka akan melakukan ekspansi dengan membuka 110 layar pada tahun ini di Arab Saudi. Sedangkan Muvi Cinemas adalah jaringan lokal milik Arab Saudi. Mereka baru membuka bioskop pada Agustus 2019 di Jeddah dan akan membuka bioskop lainnya ke depan.
Selain kedua jaringan bioskop tersebut, jaringan Cinepolis dari Meksiko juga sedang mengincar. Rupanya bukan hanya Indonesia yang akan menjadi target Cinepolis, Arab Saudi akan menjadi peluang bagi mereka untuk berekspansi.
Oh iya rupanya tidak dipisahkan antara penonton pria dan wanita. Film ini diputar dengan bahasa asal, bahasa Inggris dan subtitle berbahasa Arab.
Sekilas tentang Sejarah Perfilman di Arab Saudi
Sebenarnya Arab Saudi pernah memiliki bioskop pada tahun 70-an hingga tahun 1983. Meskipun bioskop dilarang, Arab Saudi juga memiliki sineas perfilman dan sejak tahun 2006 memproduksi film pendek dan film panjang seperti "Keif Al Hal?" yang bergenre drama komedi.
Nah, pada tahun 2012 sineas Arab Saudi memberikan kejutan dengan memproduksi film berjudul "Wadjda". Film ini menjadi wakil Arab Saudi di ajang Oscar dalam kategori film berbahasa asing. Meski tidak berhasil masuk nominasi, film ini menarik untuk disimak.
Ia berharap menang lomba membaca Al-Quran dan mendapatkan uang yang banyak untuk membeli sepeda. Sedangkan si ibu nampak gundah karena mertuanya memaksa suaminya untuk menikah lagi karena menginginkan anak laki-laki.Â
Ceritanya keseharian dan lekat dengan kultur Arab, sehingga film in memiliki ciri kelokalan yang kental.
Omong-omong bagaimana apabila sineas tanah air bekerja sama dengan produser Arab Saudi untuk membuat film yang berkualitas? Sepertinya itu sebuah peluang yang menarik.