Sabtu siang di Taman Ismail Marzuki studio tiga sarat oleh penonton. Beberapa dari mereka, termasuk aku, nampak harap-harap cemas bakal ketakutan oleh adegan-adegan film Suzzanna. Namun bukannya pias dan menutup mata, beberapa adegan malah membuat penonton tertawa terbahak-bahak. Rupanya Suzzanna: Bernapas dalam Kubur tidak semenyeramkan yang kuprediksikan.Â
Kisah film ini berkutat pada pasangan suami istri, Suzzana (Luna Maya) dan Satria (Herjunot Ali). Setelah penantian lima tahun, Suzzanna memberikan kabar gembira ke suaminya bahwa ia tengah berbadan dua.Â
Sayangnya mereka tak bisa berlama-lama merayakan kabar gembira tersebut karena Satria ditugaskan ke Jepang. Kepergian suaminya itu rupanya mengundang malapetaka. Usai menonton layar tancap, Suzzanna yang pulang duluan, mendapati ada sekawanan perampok di dalam rumahnya.Â
Oleh karena salah satu wajah perampok telah terungkap, maka mereka pun berniat melenyapkan Suzzanna. Mereka membuat seolah-olah Suzzanna menghilang dan tak terjadi perampokan.
Ada rasa campur aduk ketika menyaksikan film ini. Sedih melihat nasib yang dialami Suzzanna dan Satria, juga terenyuh melihat satu-persatu kejadian yang menimpa gerombolan perampok dan si dukun.Â
Di satu sisi aku senang melihat kesetiaan dan kasih sayang yang terjalin antara sepasang suami istri Suzzanna dan Satria. Juga, asyik terbahak-bahak melihat trio asisten rumah tangga yang kocak dan setia. Film ini komplet, ada drama percintaannya, teror horor, dan juga unsur komedi.Â
Dari cerita horor meskipun film yang dibintangi Luna Maya ini disebutkan mengambil unsur dari beberapa film Suzzanna sebelumnya seperti Sundel Bolong (1981), Bernafas dalam Lumpur (1970), dan Beranak dalam Kubur (1971), namun ceritanya tak sama persis. Malah aku merasa film ini mendapat inspirasi dari horor Thailand berjudul Nang Nak (1999)Â yang telah beberapa kali diputar di layar televisi.
Uupsss mungkin ada unsur spoiler-nya. Dari sini bisa dilewatkan
Unsur horor Thailand ini kurasakan ketika Suzzanna bangun keesokan harinya setelah terbunuh. Kalau kejadiannya hanya berubah mimpi maka film ini akan langsung turun kelas, tapi untungnya tidak. Ia benar terbunuh dan yang membuat ia tetap ada di dunia karena ada hal di dunia yang membuatnya tidak tenang. Selain berniat membalas dendam, ia masih ingin tetap bersama suaminya.Â
Ia masih tetap dapat dilihat dalam wujud manusia karena kekuatannya yang lebih daripada hantu pada umumnya. Disebutkan dalam mitos, apabila seorang wanita berbadan dua terbunuh maka ia akan menjadi arwah penasaran yang sangat kuat. Ia memiliki kemampuan mengelabui panca indera manusia yang melihatnya. Ia juga tak hanya menakut-nakuti, tapi juga bisa membunuh. Tapi jika ia membunuh maka ia akan segera kembali ke alamnya.Â
Dalam film Nang Nak, si suami tetap percaya istri dan bayinya masih hidup karena inderanya dikelabui oleh kekuatan hantu tersebut. Padahal warga desa sudah lelah bercerita jika istrinya meninggal ketika melahirkan, ia tak percaya. Karena kekuatan cinta yang besar di antara pasutri tersebut maka sang istri enggan meninggalkan dunia menuju ke alamnya.Â
Jajaran Cast yang Apik
Selain ditunjang make up yang persis dengan almarhum Suzzanna, Luna Maya membuatku salut dengan upayanya mengubah suara dan gerak-geriknya sehingga mirip dengan sosok ratu horor tersebut. Nyawa dalam film ini salah satunya adalah Luna Maya. Ia membuat emosi penonton campur aduk dan bersimpati, sedih, takut, kasihan dan juga merasakan kemarahannya.Â
Jangan dilupakan empat sekawan perampok dalam membangun cerita. Mereka adalah Dudun (Alex Abbad), Gino (Kiki Narendra), Umar (Teuku Rifnu Wikana), dan Jonal (Verdi Solaiman) yang kemudian dibantu Dukun Mbah Turu (Norman R. Akyuwen). Mereka diceritakan tak benar-benar jahat. Mereka hanya ingin merampok mobil untuk balas dendam karena Satria tak memenuhi keinginan mereka naik gaji.Â
Masing-masing anggota perampok itu punya ciri khas. Dudun paling kalem, Gino agak bloon dan 'anak Mama', Umar paling cerdik dan banyak akal, serta Jonal yang beringas. Agak sedih juga melihat nasib mereka, meskipun kejahatan mereka juga tak termaafkan.Â
Satu lagi yang patut diapresiasi adalah trio asisten rumah tangga, Mia (Asri Welas), Rojali (Opie Kumis), dan Tohir (Ence Bagus). Mereka pandai membuat suasana yang tegang jadi kembali kendor. Ada satu adegan yang epik, membuat penonton merasa seram sekaligus tertawa terbahak-bahak.Â
Oh ya aku juga mencari-cari sosok Clift Sangra, suami Suzzanna dalam kehidupan nyata, dalam film ini. Rupanya ia didapuk menjadi Bekti, atasan Satria.Â
Hingga hari ini menilik dari akun instagram Soraya Intercine Films, film ini telah berhasil menarik 1.282.820 penonton. Film Suzzanna: Bernapas dalam Kubur ini memang sayang untuk dilewatkan pecinta film nasional. Ditunjang musik dan sinematografi yang megah dengan latar tahun 1989 penonton akan terbuai dengan untaian kisah cinta yang tragis.Â
Judul : Suzzanna Bernapas dalam Kubur
Sutradara: Rocky Soraya, Anggy Umbara
Pemeran: Luna Maya, Herjunot Ali, Teuku Rifnu Wikana, Alex Abbad, Asri Welas, Opie Kumis, Ence Bagus, Kiki Narendra, Verdi Solaiman, Clift Sangra, Norman R. Akyuwen
Penulis Skenario: Bene Dion Raja Gukguk, Ferry Lesmana, Sunil Soraya
Produksi : Soraya Intercine Films
Genre : Horor
Skor :7.7/10