Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Posesif", Sisi Gelap dari Cinta

28 Oktober 2017   10:15 Diperbarui: 29 Oktober 2017   08:12 3907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lala dan Yudhis saling jatuh cinta (sumber: metrotvnews.com)

Hadirnya film Posesif sebagai salah satu nominasi film terbaik Festival Film Indonesia 2017 membuat sebagian kalangan penasaran, termasuk aku. Seperti apa sih cerita yang diangkat Posesif sehingga membuat para juri FFI mengganjarnya dengan 10 nominasi FFI.

Kisah Posesif bermuara pada hubungan dua anak SMA, Lala (Putri Marino) dan Yudhis (Adipati Dolken). Yudhis anak baru di sebuah sekolah di Jakarta dan Lala seorang remaja pintar dan atlet loncat indah. Keduanya jatuh cinta dan kemudian menjalani masa-masa indah seperti layaknya pasangan yang sedang kasmaran.

Lala memiliki masalah hubungan dengan ayahnya (Yayu Unru). Ayahnya seolah-olah hanya peduli pada prestasi Lala sebagai atlet, sehingga Lala merasa kurang diperhatikan. Sedangkan Ibunya telah meninggal. Kehadiran Yudhis membuat Lala menemukan tempat untuk mendapatkan kasih sayang, sayangnya Yudhis tidak seperti yang Lala pikirkan.

Yudhis mulai mengekang Lala. Ia membuat Lala menjauh dari teman-temannya. Ada sebuah rahasia gelap pada diri Yudhis. Lala pun mulai merasa cinta membuatnya menderita. Ia menginginkan perpisahan, tapi Yudhis ingin selamanya.

Ada sisi gelap Yudhis yang membuat Lala takut (sumber: teen.co.id)
Ada sisi gelap Yudhis yang membuat Lala takut (sumber: teen.co.id)
Sebenarnya aku agak enggan menonton film ini saat melihat trailer-nya. Mungkin karena usia, sehingga aku merasa sudah kurang pas menonton film drama percintaan remaja. Namun karena rasa penasaran yang besar dan sebagian penonton memujinya, maka aku pun memilih film ini sebagai tontonan film akhir pekan. Dan rupanya pilihanku tak salah. Filmnya cukup menarik, tak sekadar drama remaja yang menye-menye.

Percintaan memang menjadi bahan yang tak habis-habisnya untuk digali dan diangkat ke layar lebar. Sebuah kisah cinta bisa dipilih yang manis-manis saja, atau yang malah bernuansa gelap seperti dalam kisah Posesif.

Posesif memang memberikan sentuhan berbeda pada sebuah drama percintaan remaja. Ia menyuntikkan sebuah nuansa suspence sehingga emosi penonton diombang-ambingkan seperti naik rollercoaster. Akhir kisahnya juga tak terduga. Dan, hal ini terbantu oleh performa akting yang pas dan chemistry yang kuat dari jajaran pemainnya, sinematografi dan musik latar yang mendukung nuansa film jadi makin dramatis.

Memang pas sih jika film ini meraih 10 nominasi di antaranya untuk kategori sinematografi, skenario, sutradara, pemeran utama, pemeran pendukung, sutradara dan film terbaik. Meski ya, secara pribadi aku lebih menyukai film Pengabdi Setan, Kartini, Cek Toko Sebelah, dan Sweet 20.

Para pemeran dalam film ini tampil prima dan saling mendukung. Kualitas akting Cut Mini tak diragukan lagi, apalagi tahun lalu ia meraih piala citra. Ia berperan sebagai ibu Yudhis yang watak aslinya mencengangkan. Yayu sebagai ayah Lala membuat penonton kesal sekaligus prihatin. Adipati semakin menunjukkan perkembangan kualitas aktingnya. Ia dituntut menjadi remaja yang kompleks di sini. Nah, yang paling mengagumkan adalah Putri Marino. Sebagai film debutnya, aktingnya patut dipuji. Apalagi sebagai Lala ia harus berurusan dengan loncat indah. Rupanya ia tidak punya latar sebagai atlet loncat indah. Untuk itu ia rela berlatih loncat indah selama sebulan untuk mendalami perannya.

Loncat indah jarang menjadi latar film (sumber: id.bookmyshow.com)
Loncat indah jarang menjadi latar film (sumber: id.bookmyshow.com)
Dari segi sinematografi, aku menyukai pengambilan kamera dari atas, ketika Lala bersiap untuk loncat. Wah rasanya mendebarkan bagi mereka yang takut ketinggian. Untuk musik latar dan soundtrack film produksi Palari Films ini, aku juga menyukainya, penempatannya pas dan tidak berlebihan. Soundtrack Posesif di antaranya nuansa modern yang disumbangkan Dipha Barus, lagu yang melankolis dari Banda Neira, dan ada lagu Dan-nya Sheila on 7 yang lirik dan nuansanya pas jadi theme song Posesif.

Dan...
Perlahan kaupun, lupakan aku
Mimpi burukmu
Dimana t'lah kutancapkan duri tajam
Kaupun menangis, menangis sedih
Maafkan aku... (Dan, Sheila on 7)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun