Mohon tunggu...
Dewi Vina Isma Arifah
Dewi Vina Isma Arifah Mohon Tunggu... Lainnya - Santri di mana saja

Mencoba menjadikan waktu luang sedikit terkenang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dulu Teman Dekat, Sekarang...

18 Juli 2021   20:40 Diperbarui: 18 Juli 2021   20:59 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Halo, semua..

Perlu diketahui saya masih newbie, dan ini karya pertama saya di laman Kompasiana. Jujur saja, saat ini saya merasa dag-dig-dug, nervous, dan sejenisnya. Huh..

(Tarik nafas, hembuskan, tarik nafas lagi, tahan terus. Eh!)

Sebelumnya tidak pernah terpikirkan bahwa tulisan pertama saya akan membahas tentang dunia pertemanan, tetapi tiba-tiba ada hal yang sedikit mengganjal pikiran saya, dan kemungkinan besar ada banyak orang yang mengalami hal seperti ini. Maka dari itu, saya memilih untuk mengabadikannya dengan berbagi kepada para pembaca sekalian^_^.

Pertemanan, menurut saya banyak ragamnya.

Ada yang berumur panjang, tak sedikit yang hanya sekejap. Itu dari segi kuantitas. Segi kualitas pun tak jauh beda, banyak yang sekadar kenal atau saling 'hai' hanya sebagai formalitas, dan cukup secuil yang benar-benar mendefinisikan dirinya sebagai teman---tempat yang nyaman, atau mungkin tempat pengaduan? Hahaha.

Sementara waktu terus berjalan, manusia terus berevolusi. Tidak akan tetap sama, baik dalam hal cara berpikir, kesibukan, lingkungan sosial, dsb. Sejalan dengan hal ini, naluri manusia sebagai makhluk sosial akan selalu membutuhkan manusia lain (red: sebagai teman) yang---biasanya---sesuai dengan dirinya atau biasa disebut sefrekuensi.

Itulah mengapa, yang dulunya sedekat jari manis dan jari kelingking menjadi sejauh ubun-ubun dan jempol kaki. Yaa, karena kepentingan masing-masing individu tak lagi sama. Atau bisa juga, yang dulunya betah berlama-lama chatting an bahkan sampai lupa waktu, sekarang hanya sebagai penonton story, itupun kalau nomornya belum ganti. Memang tidak semua orang tapi mayoritas mengalami hal serupa, dan akan kembali lagi dan lagi mengalaminya.

Termasuk saya sendiri. Huhu.

Pada mulanya hubungan pertemanan saya dengannya berjalan baik-baik saja. Tapi semenjak saya memutuskan untuk pindah sekolah, lama kelamaan hubungan kami semakin merenggang, mulai jarang berkirim pesan, dan akhirnya sama sekali tidak pernah saling menghubungi bahkan untuk sekadar bertukar sapa.

Ini yang menjadi perhatian saya, bahwa kalimat "Kita harus selalu bersama-sama. Jangan lupakan aku. Tetap kirim kabar, ya!" tidak bisa selalu dipertahankan eksistensinya. Nyatanya kami sudah mulai tidak memiliki minat untuk sekadar memulai pembicaraan bahkan sebelum tepat 1 tahun berpisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun