Oleh : Marheni Tungga Dewi, S. Si dari SMA N 1 Karangdowo
DESKRIPSI KARYA
- Pendahuluan
Tujuan akhir pendidikan adalah membentuk manusia yang utuh (holistik) cerdas secara kognitif, matang secara emosional, dan kuat karakternya. Visi ini selaras dengan semangat Pembelajaran Mendalam dan penetapan Dimensi profil Lulusan sebagai dimensi yang wajib dicapai. Di SMA Negeri 1 Karangdowo, implementasi kurikulum menuntut inovasi, terutama dalam mengintegrasikan penguatan karakter ke dalam pengalaman belajar yang bermakna.
Saya, Marheni Tungga Dewi, S.Si., selaku Ketua Komunitas Belajar Curious Minds, menyadari bahwa kegiatan kokurikuler adalah kanvas sempurna untuk mewujudkan hal ini. Namun, penguatan karakter tidak bisa hanya sekadar tempelan moral; ia harus terintegrasi melalui inkuiri kolaboratif lintas disiplin ilmu. Ini berarti siswa tidak hanya menyelesaikan proyek, tetapi menggunakan proyek tersebut sebagai alat untuk menyelidiki masalah dunia nyata, memaksa mereka menerapkan pengetahuan dari berbagai mata pelajaran secara serentak, dan secara alami menguatkan dimensi profil lulusan seperti Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan YME,Kewargaan,Penalaran Kritis,Kreativitas,Kolaborasi, Kemandirian, Kesehatan, dan Komunikasi..
Praktik baik yang saya paparkan dalam naskah ini adalah sebuah model terpadu yang telah saya kembangkan dan terapkan. Model ini memetakan secara eksplisit bagaimana sinergi antara guru mata pelajaran dapat menghasilkan sebuah kegiatan kokurikuler yang kaya dan relevan. Keberhasilan model ini ditandai dengan peningkatan signifikan pada dimensi karakter siswa dan telah menjadi materi pengimbasan yang sering saya sampaikan sebagai narasumber di berbagai forum guru, baik di Sekolah Kabupaten Klaten maupun di luar wilayah. Naskah ini akan memaparkan detail praktik tersebut menggunakan kerangka STAR (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi).
- IsiÂ
- Situasi
Latar Belakang dan Kondisi Awal Pembelajaran di SMAN 1 Karangdowo
Situasi yang melatarbelakangi perancangan praktik baik ini di SMAN 1 Karangdowo adalah adanya celah antara idealisme kurikulum baru dengan realitas praktik pengajaran yang cenderung tradisional dan terkotak-kotak.
A. Penguatan Karakter yang Kurang Otentik: Kegiatan kokurikuler , yang seharusnya menjadi medan tempur penguatan karakter, seringkali berakhir sebagai proyek akademis yang terpisah dari intrakurikuler. Penilaian karakter cenderung bersifat  seremonial, tidak terintegrasi dalam proses inkuiri. Sebagai contoh, tema lingkungan seringkali hanya menghasilkan produk daur ulang sederhana, tanpa melalui proses inkuiri mendalam tentang akar masalah lingkungan, analisis dampak ekonomi, atau upaya persuasif  berbasis data (yang melibatkan aspek Bahasa dan Matematika). Karakter Kolaborasi hanya sebatas pembagian tugas, bukan kolaborasi sinergis untuk mencapai tujuan bersama.
B. Kebutuhan Pembelajaran Mendalam dan Keterampilan Lintas Disiplin: Siswa SMAN 1 Karangdowo perlu dipersiapkan untuk tantangan abad ke-21 yang menuntut keterampilan memecahkan masalah kompleks. Hal ini memerlukan pembelajaran mendalam yaitu pemahaman konseptual yang kokoh dan kemampuan mentransfer pengetahuan ke konteks baru. Perubahan ini memerlukan guru untuk bergerak dari content delivery ke fasilitator inkuiri. Diperlukan sebuah wadah, yaitu Komunitas Belajar Curious Minds yang saya pimpin, untuk memimpin perubahan pola pikir dan metodologi pengajaran ini.
C. Peluang Pengimbasan: Pengalaman saya sebagai fasilitator pembelajaran mendalam yang diundang sebagai narasumber di berbagai sekolah baik di Klaten maupun luar kota menjadi indikator bahwa tantangan ini bersifat umum dan model solusi yang komprehensif sangat dibutuhkan. Kondisi ini memberikan dorongan kuat untuk menstandardisasi praktik baik ini, menjadikannya model yang teruji dan siap diimplementasikan.