Mohon tunggu...
Dewiyatini
Dewiyatini Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga

Penulis Lepas, Kontributor, Fotografer Amatir, Videographer Kulakan, Tukang Dongeng, Separuh IRT, Separuh Pekerja Lepas, Kurir Makan Siang, Camilan Hunter, Fans Bakso-Thing, Eksperimental Chef, Bodyguard Suami.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ibu-ibu Bawel Ngomel: Humas Istana Nggak Bisa Hadapi Pertanyaan Sensitif, Bahaya Buat Rezim

29 September 2025   09:16 Diperbarui: 29 September 2025   14:30 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jurnalis perempuan tengah bekerja/Pexels.com

Ibu-ibu bawel kayak saya suka geregetan kalau lihat pejabat atau humas yang maunya cuma didengerin yang enak-enak aja. Lah, kalau ditanya soal masalah rakyat malah sewot, cabut kartu jurnalis pula. 

Hadeuh... ini bukan arisan RT yang bisa bilang, "jangan bahas utang ya, bikin suasana nggak enak." Ini urusan kepentingan publik, Bung!

Saat Biro Pers Jadi Tukang Sensor

Ceritanya lagi ramai di media sosial, seorang jurnalis istana yang punya kartu pers resmi dicabut izin liputannya. Alasannya? Pertanyaannya dianggap keluar jalur dari agenda konferensi pers. 

Bayangin aja, konferensi pers dimaksudkan untuk bahas kunjungan luar negeri Presiden, tapi si jurnalis nanya soal isu keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang bikin ribuan anak sakit.

Buat biro pers, mungkin pertanyaan itu ganggu skenario. Tapi bagi publik, itu justru berita viral paling ditunggu. 

Kalau jurnalis ditutup mulut, publik jadi merasa ada pembungkaman. Di sinilah blundernya biro pers: bukannya mengelola isu, malah memberi kesan takut transparansi.

Jurnalis Itu Penyambung Lidah Publik

Jurnalis bukan figuran dalam drama istana. Mereka hadir untuk menanyakan hal-hal yang kadang bikin penguasa nggak nyaman. Kalau pertanyaan soal keracunan MBG dihindari, publik bisa mikir macam-macam: ada apa yang ditutup-tutupi?

Publik maunya jelas: siapa bertanggung jawab, bagaimana pemerintah merespons, dan kapan ada solusi. 

Kalau humas istana cuma ngotot ngomongin kunjungan luar negeri, siapa yang peduli? Lha wong anak-anak di rumah sakit butuh jawaban.

Ketidakmampuan Humas Menjaga Brand Rezim

Dalam buku Branding Itu Dipraktekin karya Tim Wesfix, ada konsep soal crisis center: tim yang seharusnya sigap memetakan ancaman terhadap brand. Nah, brand rezim Prabowo itu adalah Asta Cita. Kalau isu MBG bikin ribuan anak sakit, ya ini langsung jadi ancaman besar terhadap brand.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun