Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun yang tinggi tanaman mencapai 15-20 meter.
Tanaman karet umumnya diolah sebagai bahan ban, pembungkus kabel, pipa elastis, atau alat elastis lainnya  yang terbuat dari bahan dasar karet.
Namun berbeda yang dilakukan warga daerah pedalaman Lampung yang membuat inovasi baru dengan membuat camilan gurih berbahan dasar biji karet. Hah, biji karet? iyaa, tentunya kuta akan terkejut mendengarnya karena biji karet sendiri terdapat beberapa kandungan yang menimbulkan racun. Racun yang terkandung tersebut adalah HCN dengan kadar >50 ppm. Namun, kadar racun HCN tersebut bisa dihilangkan apabila cara pengolahan diproses dengan baik dan benar.Â
Menurut warga pedalaman Lampung yang biasa mengolah biji karet menjadi makanan, biji karet sebenarnya tidak beracun jika dimasak dengan benar. Mereka tahu bagaimana cara agar biji karet tersebut tidak beracun ketika dikonsumsi, yaitu sebagai berikut :
1. Ambil biji karet kemudian pecah cangkang menggunakan palu, lalu ambil isi biji karet dari cangkangnya.Â
2. Rebus isi biji karet.Â
3. Belah menjadi 2 bagian kemudian buang bagian tengahnya (yang menyebabkan racun ) .Â
4. Rendam isi biji karet selama kurang lebih 3 hari 3 malam. Catatan : mengganti air rendaman setiap pagi dan sore hari agar terhindar dari racun yang tersisa.Â
5. Setelah 3 hari direndam, keringkan kemudian langsung goreng dan dicamour bumbu keripik.Â
6. Camilan biji karet siap dikonsumsi.Â
 Inovasi baru dari warga pedalaman Lampung dengan menjadikan biji karet sebagai makanan yang layak dikonsumsi dapet menambah peluang ekonomi untuk kebutuhan rumah tangga. Selain dapat dikonsumsi sendiri, camilan biji karet tersebut dapat dijual dipasaran.