Mohon tunggu...
Sridewanto Pinuji
Sridewanto Pinuji Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Blog

Penulis untuk topik kebencanaan dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

LGBT dan Bencana

5 Maret 2018   15:28 Diperbarui: 5 Maret 2018   15:28 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pexels

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan, kini kita mengerti, bahwa peristiwa alam yang menyebabkan bencana sejatinya tidak berhubungan langsung dengan tindakan manusia. Bahkan, boleh dikatakan tidak ada hubungannya.

Misalnya, mereka yang percaya bahwa LGBT menyebabkan gempa Tasikmalaya pada Desember, bagaimana mereka menjelaskan fenomena badai tropis Cempaka yang terjadi sebelumnya? Lagi-lagi, jika Anda percaya LGBT menyebabkan gempa yang mengguncang gedung tinggi di Jakarta, bagaimana Anda menjelaskan gempa dan tsunami maha dahsyat yang meminta korban warga Aceh dan Padang yang dikenal sangat religius? Masih ditambah lagi, jika mereka percaya LGBT menyebabkan gempa, bagaimana mereka menjelaskan Australia yang tidak pernah atau jarang diguncang gempa merusak, padahal negara itu menyetujui pernikahan sejenis? Terakhir, jika Anda telah berhasil memilih pemimpin yang seiman, kenapa bencana masih terjadi?

Pemahaman bahwa bencana terjadi karena ulah manusia seperti tersebut di atas, menurut saya keliru karena beberapa alasan. Pertama, kepercayaan tersebut bisa melemahkan kesiapsiagaan masyarakat. Misalnya, seseorang sangat percaya diri sudah melakukan semua perintah Tuhan, sehingga dia tidak merasa perlu untuk membangun rumahnya yang tahan gempa padahal dia tinggal di wilayah yang sangat rawan gempa. 

Kedua, kepercayaan tersebut bisa menimbulkan kecurigaan, perdebatan, dan perselisihan yang tidak perlu. Misalnya, manakala tetangga Anda LGBT, maka Anda membencinya karena khawatir bencana dapat terjadi dan berusaha mengusir atau menghindarinya. Ketiga, kepercayaan tersebut menyulitkan upaya penanggulangan bencana untuk menentukan daerah rawan bencana berdasarkan perilaku seseorang, karena sangat sulit untuk mengidentifikasi seseorang LGBT atau tidak.

Namun, pemahaman bahwa bencana terjadi karena ulah manusia bisa juga benar. Misalnya, ketika seseorang menebang pohon di hutan yang berfungsi untuk menyerap air dan menahan lereng agar tidak longsor dan banjir, membakar lahan dengan tidak bertanggung jawab dan menyebabkan kebakaran hutan dan lahan, membuang sampah di sungai yang menyebabkan banjir dan contoh-contoh lainnya.

Mengkritisi kepercayaan, dogma agama, dan pemahaman seseorang yang sudah mendarah daging memang tidak mudah dilakukan. Sebagai contoh, pada peristiwa erupsi Tahun 2010, Mbah Maridjan percaya akan selamat dari letusan dan memilih tetap bertahan di rumahnya. Namun, sayangnya kenyataan berbicara lain manakala letusan Merapi menyapa beliau dan beberapa warga yang lain.

Di sisi lain, ilmu pengetahuan yang bisa menjelaskan fenomena-fenomena alam tersebut terkadang sulit diterima oleh masyarakat yang sangat memegang teguh kepercayaan dan agamanya. Dalam novelnya Origin, Dan Brown menuliskan, bahwa sains dan agama tidak saling bersaing, mereka adalah dua bahasa berbeda yang berupaya menceritakan kisah yang sama. Sementara itu, di novelnya yang lain, Angels and Demons, dia menulis bahwa ilmu pengetahuan dan agama tidak bertentangan. Ilmu pengetahuan hanya terlalu muda untuk mengerti.

Tentang Homoseksualitas

Dalam hal homeseksual, setidaknya dari berbagai ayat yang termaktub di kitab suci masing-masing, ahli kitab dari Islam, Kristen, dan Yahudi sepakat. Mereka semua menyatakan bahwa para pelaku homoseksual adalah berdosa.

Dalam kenyataannya, homoseksual tidak sesuai dengan desain bawaan manusia. Lubang anus (rectum) tidak didesain sebagai tempat untuk menaburkan benih (sperma). Tidak ada manfaat yang dapat dipetik dari perbuatan ini. Sodomi justru menyebabkan kerusakan seperti luka, infeksi penyakit, serta disfungsi rectum dan anus. Oleh sebab itu, maka sodomi tidaklah natural, melanggar hukum alam, dan tidak rasional.

Sebaliknya, seorang pria yang berhubungan seks dengan wanita memiliki manfaat yang positif. Aktivitas ini jika dilakukan dengan benar tidak akan menyebabkan masalah kesehatan dan tidak menimbulkan efek samping lainnya. Kegiatan ini juga menghasilkan keturunan yang menjadi penyambung peradaban manusia, sehingga dapat melakukan fungsi-fungsi sosial sebagaimana seharusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun