Mohon tunggu...
Dewa Bagaskara
Dewa Bagaskara Mohon Tunggu... Pelajar/Mahasiswa

Author suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pentingnya Diplomasi Budaya dalam Mempertahankan Keamanan Internasional : studi kasus hubungan diplomasi antara Korea Selatan dan Korea Utara

18 April 2025   09:00 Diperbarui: 17 April 2025   22:30 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam bidang Hubungan Internasional, konsep soft power dan hard power muncul sebagai dua pendekatan utama. Soft power merujuk pada kemampuan suatu negara untuk memikat dan memengaruhi negara lain melalui daya tarik budaya, ideologi politik, dan kebijakan yang diadopsinya. Di sisilain, hard power menekankan kemampuan sebuah negara untuk memperoleh pengaruh dengan menggunakan kekuatan militer dan ekonomi. (Nye, 2004). Dalam teori diplomasi budaya yang diprakarsai oleh Milton C. Cummings, diplomasi budaya dianggap sebagai proses pertukaran yang melibatkan gagasan, informasi, nilai-nilai, dan aspek-aspek budaya lainnya antara negara-negara dengan tujuan untuk memperdalam saling pengertian dan penghormatan. Melalui diplomasi budaya, negara-negara berusaha untuk membangun jembatan kebudayaan yang kuat, mempromosikan toleransi, serta memperkaya pemahaman lintas budaya. Seiring dengan perubahan zaman, pendekatan diplomasi budaya semakin diperkuat sebagai alat yang aman dan efektif dalam hubungan antar-negara, karena dinilai lebih bisa menghindari konflik dan merintis hubungan yang harmonis, jika dibandingkan dengan pendekatan ekonomi atau politik yang sering kali memicu ketegangan (Prabowo, 2014). Kebudayaan memegang peranan sentral sebagai alat utama dalam upaya untuk berkolaborasi dengan pihak lain. Hal ini didasarkan pada keragaman dan kedalaman ciri-ciri kebudayaan yang menjadikannya sebagai fitur unik dalam kerjasama dan diplomasi antara pihak-pihak yang terlibat. Dengan sifatnya yang beragam dan luas, kebudayaan menjadi landasan yang kuat untuk membangun hubungan yang berkelanjutan dan saling menguntungkan di antara berbagai entitas.

Korea, yang pada awalnya merupakan satu entitas negara yang telah lama berada di bawah kekuasaan Jepang, mengalami perpecahan menjadi dua bagian setelah berakhirnya Perang Dunia II. Pembagian ini terjadi melalui kesepakatan yang dilakukan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Meskipun pembagian ini awalnya dimaksudkan sebagai tindakan sementara, tetapi pada tahun 1950, terjadi serangan tiba-tiba dari Korea Utara ke Korea Selatan, yang kemudian memicu Perang Korea yang berlangsung selama tiga tahun. Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan telah menciptakan sejarah ketegangan yang berkelanjutan di Semenanjung Korea. Meskipun terdapat upaya-upaya untuk mencapai perdamaian dan reunifikasi, namun proses tersebut terbukti sangat rumit dan seringkali terhambat oleh perbedaan ideologi, kebijakan, dan kepentingan strategis antara kedua negara serta intervensi dari kekuatan asing. Meskipun gagasan reunifikasi telah diusulkan oleh berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar Korea, proses tersebut masih menjadi tantangan yang besar. Berbagai faktor, termasuk perbedaan sosial, ekonomi, politik, dan budaya antara Korea Utara dan Korea Selatan, serta ketegangan geopolitik regional dan internasional, semakin mempersulit pencapaian kesepakatan yang merangkul kedua belah pihak.

Dalam hal ini diplomasi budaya kembali di gunakan oleh pemimpin Korea selatan, Dalam konteks upaya Moon Jae In untuk memperbaiki hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara, diplomasi budaya kembali menjadi fokus, dengan K-pop menjadi salah satu instrumen yang digunakan. Sebagai bagian dari serangkaian Inter Korea Summit, Moon Jae In memanfaatkan popularitas K-pop sebagai alat diplomasi budaya untuk mengurangi ketegangan dan membangun hubungan yang lebih baik di antara kedua negara tersebut. K-pop bukan hanya sekadar fenomena global yang mendunia, tetapi juga telah menjadi sarana yang efektif untuk mengurangi kesenjangan budaya antara Korea Utara dan Selatan. Dalam prakteknya, penyanyi dan grup K-pop seringkali melakukan pertunjukan bersama, mengadakan konser, dan terlibat dalam proyek-proyek kolaboratif yang melibatkan seniman dari kedua Korea. Musik yang energik, gaya visual yang khas, dan keberagaman artistik dalam K-pop berhasil menarik minat masyarakat Korea Utara, memberikan akses kepada mereka terhadap elemen-elemen budaya modern dari Korea Selatan. Sehingga, K-pop tidak hanya menciptakan ikatan di antara pemirsa di seluruh Semenanjung Korea, tetapi juga berfungsi sebagai alat soft power yang efektif dalam menarik dan mendekatkan kedua negara melalui apresiasi terhadap seni dan hiburan.

Setelah suksesnya penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin di PyeongChang pada tahun 2018, acara tersebut menjadi sebuah tonggak penting yang menciptakan momentum positif dalam diplomasi budaya antara Korea Selatan dan Korea Utara. Olimpiade tersebut tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga menjadi platform untuk mempromosikan perdamaian dan kerjasama di Semenanjung Korea. Keberhasilan acara ini dianggap sebagai titik balik dalam hubungan antara kedua negara tersebut. Dampak positif dari Olimpiade ini terlihat dalam langkah-langkah konkret yang diambil setelahnya, yang menunjukkan tanda-tanda pencairan hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara. Salah satu contohnya adalah kunjungan delegasi musik Korea Selatan ke Pyongyang, yang terdiri dari lebih dari 120 musisi dan artis, termasuk beberapa penyanyi K-Pop terkenal seperti Cho Yong Pil dan Seohyun. Penampilan mereka di ibu kota Korea Utara ini menandai kehadiran pertama kali sebuah kelompok seni dari Korea Selatan setelah 15 tahun absen sejak terakhir kali pertunjukan serupa pada tahun 2005. Keberanian dan langkah konkret semacam ini menunjukkan keseriusan kedua belah pihak untuk memperkuat hubungan bilateral melalui kerjasama dalam bidang budaya. Bahkan lebih menariknya, kunjungan tersebut disambut oleh pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, yang hadir bersama istrinya, Ri Sol Ju, di tengah-tengah penonton. Kehadiran pemimpin Korea Utara dalam acara tersebut memberikan sinyal positif tentang keinginan untuk membangun hubungan yang lebih dekat dan damai antara Korea Selatan dan Korea Utara melalui diplomasi budaya yang mengedepankan kesenangan dan kekayaan seni. Langkah-langkah semacam ini memberikan harapan bagi terwujudnya perdamaian yang berkelanjutan di Semenanjung Korea.


reference : 


Wahyu Febriana A, (2021), “PENGGUNAAN K-POP SEBAGAI ALAT DIPLOMASI BUDAYA MOON JAE IN DENGAN KOREA UTARA PERIODE 2017-2018”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/60540/1/ARGISTA%20WAHYU%20FEBRIANI.FISIP.pdf

Andreas Julio, Putra Adi, dan Titah Putu, “Musik Sebagai Alat Diplomasi Korea Selatan Dengan Korea Utara Tahun 2015-2020”, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana. https://ojs.unud.ac.id/index.php/hi/article/download/83133/43118

Karina G, Yuniasih T, (2019), “Diplomasi Olahraga Korea Selatan terhadap Korea Utara: Kontribusi Olimpiade Musim Dingin 2018 bagi Harmonisasi Hubungan Bilateral”, Universitas Budi Luhur. https://jom.fisip.budiluhur.ac.id/index.php/balcony/article/download/221/82

Artikel Politik, (2018), “Diplomasi K-Pop Korsel Yang Meriah di Pyongyang”, Deutsche Welle. https://www.dw.com/id/diplomasi-k-pop-korea-selatan-yang-meriah-menggoyang-pyongyang/a-43224685

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun