Mohon tunggu...
Dewa Ayu Indah Yani
Dewa Ayu Indah Yani Mohon Tunggu... Mahasiswa Undiksha

Menulis random

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Upacara Pitra Yadnya (Ngaben) dalam Umat Hindu

9 Juli 2023   09:46 Diperbarui: 9 Juli 2023   09:53 3151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam bahasa daerah, kata tersebut kemudian menjadi kata kerja, yaitu ngabeyanin yang berarti membiayai. Kata ini kemudian diucapkan dengan singkat menjadi ngaben. Selain itu, kata lain yang digunakan untuk pelaksanaan upacara ngaben adalah "palebon". Asal kata ini adalah "lebu" yang berarti tanah. Dengan demikian, kata "palebon" memiliki arti menjadikan tanah. Ada dua cara yang umum dilakukan dalam menjadikan tanah, yaitu dengan menguburnya dan dengan membakar. Masyarakat Hindu Bali menganggap bahwa cara dengan membakar lebih cepat.

Tidak ada kesatuan pendapat di kalangan cendekiawan maupun pendeta Hindu di Bali tentang asal kata ngaben yang sebenarnya. Hal ini menandakan bahwa belum ada konsensus yang jelas mengenai asal kata tersebut. Namun, ini menunjukkan bahwa pelaksanaan upacara ngaben didasarkan pada keyakinan dan praktik keagamaan umat Hindu Bali.

Berikut terdapat beberapa bentuk upacara ngaben, diantaranya :

  • Sawa Wedana merupakan upacara ngaben yang melibatkan jenazah yang masih utuh tanpa dikubur terlebih dahulu. Biasanya, upacara ini dilaksanakan dalam rentang waktu 3-7 hari setelah kematian seseorang. Namun, untuk upacara dengan skala Utama, persiapan dapat berlangsung hingga satu bulan. Selama keluarga mempersiapkan segala sesuatu untuk upacara, jenazah akan ditempatkan di balai adat yang ada di rumah mereka, dengan pemberian formalin untuk menghambat pembusukan.  Selama jenazah masih berada di balai adat, keluarga akan memperlakukan jenazah tersebut seolah-olah masih hidup, seperti membawa kopi, memberi makan di samping jenazah, memberikan handuk dan pakaian, dan sebagainya. Hal ini dilakukan karena sebelum upacara Papegatan, orang yang bersangkutan dianggap masih hidup tetapi dalam keadaan tidur dan masih berada di lingkungan keluarganya.
  • Asti Wedana adalah sebuah upacara ngaben di mana jenazah seseorang yang akan diaben akan dikubur terlebih dahulu sebelum tulang-belulangnya diangkut kembali untuk diaben dalam upacara yang disebut ngagah. Beberapa pandangan juga menyebutkan bahwa tulang-belulang tersebut tidak perlu dibongkar lagi, tetapi dapat disimboliskan saja. Dalam realitas upacara ngaben di Bali baik dari segi ekonomi maupun sosial, selalu menjadi pertimbangan utama. Biaya yang diperlukan untuk upacara ini cukup besar. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang memilih untuk mengubur jenazah kerabat atau keluarga terlebih dahulu untuk menghindari biaya yang tinggi, dan kemudian menentukan hari ngaben beberapa waktu kemudian. Pesan dan surat wasiat juga sering mempengaruhi fenomena ini. Seseorang yang sakit parah sering kali memesankan kepada keluarganya untuk menguburkannya terlebih dahulu dengan berbagai alasan, seperti ingin berbakti kepada ibu pertiwi atau mempertimbangkan keterbatasan ekonomi anggota keluarganya.
  • Swasta merupakan upacara ngaben yang tidak melibatkan jenazah atau kerangka mayat. Hal ini biasanya dilakukan dalam situasi di mana beberapa faktor terjadi, seperti kematian di luar negeri atau tempat yang jauh, jenazah tidak ditemukan, dan sebagainya. Dalam upacara ini, jenazah biasanya disimbolkan dengan menggunakan kayu cendana yang dilukis dan diisi dengan aksara magis sebagai representasi kasar dari atma (roh) orang yang bersangkutan.
  • Warak kruron merupakan upacara ngaben yang diperuntukkan bagi wanita yang pernah mengalami keguguran atau menggugurkan kandungan.
  • Ngelungah merupakan upacara ngaben yang dilakukan khusus bagi bayi yang meninggal dunia setelah 42 hari (abulan pitung dina) dan belum tanggal gigi.

whatsapp-image-2023-07-09-at-10-19-35-64aa1d1be1a1675ef05cc232.jpeg
whatsapp-image-2023-07-09-at-10-19-35-64aa1d1be1a1675ef05cc232.jpeg

whatsapp-image-2023-07-09-at-10-19-36-1-64aa1d364addee756352d562.jpeg
whatsapp-image-2023-07-09-at-10-19-36-1-64aa1d364addee756352d562.jpeg

Masyarakat Hindu di Bali menjalankan Panca Yadnya, yang terdiri dari lima pengorbanan suci, termasuk Upacara Pitra Yadnya. Upacara ngaben merupakan bagian dari Upacara Pitra Yadnya yang dilakukan untuk menyucikan roh orang yang meninggal agar dapat menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Upacara ngaben memiliki berbagai bentuk, seperti Ngaben Sawa Wedana, Asti Wedana, Swasta, Warak Kruron, dan Ngelungah. Biaya, tradisi, keyakinan, dan kemampuan ekonomi masyarakat mempengaruhi skala dan pelaksanaan upacara ngaben. Meskipun terdapat variasi dalam tata cara pelaksanaan, upacara ngaben tetap mengandung makna yang sama dalam penghormatan kepada leluhur dan perjalanan roh menuju alam pitara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun