Lumajang-Jatiroto. Di sela-sela waktu kosong, aku berkunjung ke salah satu peninggalan Kolonial Belanda yang berada di Desa Kaliboto Lor, Kecamatan Jatiroto, peninggalannya yaitu Pabrik Gula Djatiroto.
Pabrik Gula Djatiroto ini berdiri sejak abad ke 20, di dirikan oleh perkumpulan Dagang Amsterdam dan perusahaan swasta Belanda, Pabrik Gula Djatiroto pada masa penjajahan menjadi pabrik paling modern yang berada di Jawa Timur.
Pada jaman penjajahan, Pabrik Gula Djatiroto di tangani oleh suatu Lembaga, yaitu Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara (BPPGN), dan berada di naungan PT. Perkebunan Nusantara XI Jawa Timur.
Saya bertanya sedikit tentang sejarah Pabrik Gula Djatiroto, kepada salah satu karyawan Pabrik tersebut, yang bernama Eko Kurniawan, dia menjelaskan awal berdirinya Pabrik Gula Djatiroto.
Pembangunan Pabrik Gula Djatiroto sudah di rencanakan sejak tahun 1884, oleh Perusahaan Swasta Belanda. Akhirnya Belanda menemukan lokasi yang tepat untuk pembangunan Pabrik tersebut, yaitu berlokasi di Desa Ranupakis Kecamatan Klakah, pada tahun 1910 pembangunan Pabrik itu selesai, dan di namakan Pabrik Gula Ranupakis (nama pertama Pabrik Gula Djatiroto).
Karena Pabrik Gula Ranupakis kekurangan kapasitas daya tampung, akhirnya Perusahaan Swasta Belanda mendirikan Pabrik Gula lagi, yaitu Pabrik Gula Djatiroto, yang terletak di Desa Kaliboto Lor, Kecamatan Jatiroto.
Jatiroto yang dipilih sebagai Pabrik Gula yang baru, untuk pengembangan Pabrik Gula Ranupakis, di karenakan Jatiroto memang sudah menjadi tempat perkebunan tebu milik Pabrik Gula Ranupakis.
Menurut keterangan warga setempat, daerah Jatiroto tanahnya bagus akan kandungan airnya. Penduduk Ranupakis banyak yang pindah ke Desa Kaliboto dan membuat lahan di daerah tersebut, maka dari itu, di Desa Kaliboto terdapat salah satu Dusun yang bernama Ranupakis.
Di tulis oleh, Defri Achmad Khoiron. Mahasiswa IAI Syarifuddin Lumajang.