Mohon tunggu...
Devivi Ariana
Devivi Ariana Mohon Tunggu... Mahasiswa

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Konsep Tanda dalam Teori Semiotika Charles Sanders Peirce

3 Oktober 2025   00:16 Diperbarui: 3 Oktober 2025   07:49 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trikotomi Semiotika Charles Sanders Peirce (pinterst.com, 2025)

Dalam kajian semiotika, Charles Sanders Peirce dikenal sebagai salah satu tokoh penting yang memberikan landasan kuat mengenai teori tanda. Charles Sanders Peirce mengembangkan teori semiotika dengan berlandaskan pada ilmu filsafat dan logika. Logika mempelajari bagaimaan orang bernalar, sedangkan menurut Peirce penalaran dilakukan melalui tanda-tanda. Dengan melihat tanda-tanda yang ditampilkan alam semesta manusia yang melihatnya akan berpikir atau menganalisis.

Trikotomi Semiotika Charles Sanders Peirce (pinterst.com, 2025)
Trikotomi Semiotika Charles Sanders Peirce (pinterst.com, 2025)

Peirce membuat analisis semiotika pada tiga hal yaitu ground (represtamen), object, dan interpretant. Klasifikasi tersebut dikenal dengan trikotomi dengan semiosis, yaitu proses pemaknaan suatu tanda yang berawal dari dasar yang disebut ground atau representamen, dan pada sebuah objek, dan diakhiri dengan terjadinya proses interpretant.

Ketiga klasifikasi di atas dibagi lagi oleh Peirce ke dalam tiga klasifikasi. Berdasarkan representament, Peirce membagi menjadi tiga, yaitu:

  • Qualisign, Kualitas yang ada pada tanda). Contoh: kata-kata kasar, lemah, lembut, merdu, suara keras bisa jadi menadakan orang itu sedang marah, atau sesuatu yang diinginkan.
  • Sinsign, eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Contoh: kata “keruh” pada “air sungai keruh” bisa menjadi tanda bahwa hujan di hulu sungai. Banjir, tanda kalau hujan lebat atau tanggul jebol.
  • Legisign, norma-norma yang dikandung dalam tanda. Contoh: rambu-rambu lalu lintas, menadakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh manusia di jalanan.

Jika berdasarkan object, tanda dibagi menjadi berikut:

  • Ikon merupakan tanda yang mengandung kemiripan rupa pada acuannya (reference). dalam ikon, hubungan antara penanda dan petanda yang bersifat sama atau memiliki kemampuan. Contoh: rambu lalu lintas, lukisan, potret, peta, miniatur, kata: kukuruyuk, gukguk.
  • Indeks, menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal (hubungan sebab-akibat). Contoh: asap sebagai tanda adanya api, ketukan pintu penanda kedatangan tamu di rumah.
  • Simbol, menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petanda. Namun hunungan ini berdasarkan konvensial (perjanjian) masyarakat. Contoh: bendera negara, logo provinsi.

Sedangkan berdasarkan interpretant, dibagi menjadi tiga yaitu:

  • Rheme, tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Contoh: orang yang merah matanya menandakan bahwa orang itu baru menangis, baru bangun tidur, kelilipan sesuatu, atau sedang menderita penyakit mata.
  • Direct sign/Dicisign, tanda sesuai dengan kenyataan. Contoh: “Hati-hati! Rawan kecelakaan!” jika pada suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka di tepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan.
  • Argument, tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Berisi penilaian atau alasan, mengapa seseorang berkata begitu. Contoh: tanda “Dilarang merokok di SPBU” kenapa di SPBU dilarang merokok? Alasannya karena bisa menimbulkan ledakan di tempat tersebut, api rokok bisa menyulit bensin.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep tanda menutu Charles Sanders Peirce menekankan pada hubungan triadik antara representamen, objek, dan interpretant yang kemudian berkembang dalam berbagai klasifikasi tanda. Dengan demikian, teori semiotika Peirce membantu kita memahami bahwa tanda tidak hanya sekadar simbol, tetapi juga sarana berpikir, berkomunikasi, dan menafsirkan dunia di sekitar kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun