Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi khas yang diwariskan secara turun-temurun, terutama dalam momentum keagamaan seperti bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri. Di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, terdapat sebuah tradisi yang dikenal dengan sebutan "ater-ater". Kata "ater-ater" berasal dari bahasa Jawa yang berarti "antar-antar", yaitu kegiatan mengantarkan sesuatu. Dalam konteks ini, ater-ater adalah tradisi mengantarkan bingkisan kepada tetangga sekitar maupun saudara-saudara menjelang Lebaran. Tradisi ini bukan sekadar bentuk pemberian barang, tetapi mencerminkan nilai-nilai luhur budaya lokal, seperti silaturahmi, gotong royong, dan saling berbagi.
Secara historis, tradisi "ater-ater" tidak dapat dilepaskan dari pola hidup masyarakat Jawa yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan kebersamaan. Dalam kehidupan bermasyarakat salah satunya seperti di Madiun, aktivitas sosial seperti ater-ater menjadi momen penting untuk memperkuat hubungan antarwarga, terutama menjelang perayaan besar seperti Idulfitri. Tradisi ini telah berlangsung sejak lama, turun menurun, dan tetap dipertahankan hingga kini, meskipun dalam praktiknya mengalami beberapa penyesuaian seiring perkembangan zaman.
Biasanya, bingkisan yang dibagikan dalam tradisi ater-ater berisi bahan-bahan pokok seperti gula, minyak goreng, beras, mie instan, jajanan kering, sirup, dan kue kering. Barang-barang tersebut disusun rapi dalam tas kresek atau wadah, lalu diantarkan ke rumah-rumah tetangga atau kerabat. Menariknya, dalam proses pengantaran bingkisan ini, orang tua biasanya meminta anak-anak mereka untuk mengantarkannya. Selain menjadi momen untuk melibatkan anak-anak dalam tradisi sosial, hal ini juga menjadi kebahagiaan tersendiri bagi anak-anak. Tidak jarang, anak-anak yang mengantar bingkisan akan mendapatkan uang sebagai bentuk terima kasih dari penerima ater-ater, sehingga tradisi ini juga membawa keceriaan dan kesan positif bagi mereka.
Tradisi ater-ater sebenarnya tidak hanya ditemukan di Madiun saja. Tradisi serupa juga masih dilakukan di berbagai daerah lain di Jawa, meskipun dengan penyebutan dan isi bingkisan yang berbeda. Di beberapa tempat, bingkisan yang dibagikan berupa makanan matang yakni nasi lengkap dengan lauk pauk dalam wadah tertentu. Meskipun bentuk dan isi bingkisan berbeda, pesan yang dibawa tetap sama, yaitu untuk saling berbagi menjelang Hari Raya Idulfitri. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi berbagi menjelang Lebaran merupakan bagian dari budaya Jawa yang luas, meskipun tidak semua daerah melestarikannya dengan cara yang sama.
Tradisi ini memiliki nilai edukatif yang tinggi, terutama dalam konteks pembelajaran sejarah lokal. Melalui tradisi ater-ater, siswa dapat mempelajari bagaimana nilai-nilai budaya lokal hidup dalam keseharian masyarakat, serta bagaimana hal-hal sederhana mampu memperkuat solidaritas sosial. Selain itu, tradisi ini juga menjadi bentuk kearifan lokal yang dapat digunakan sebagai sumber belajar alternatif dalam pembelajaran sejarah. Guru dapat mengajak siswa untuk menggali makna dan sejarah tradisi ini melalui wawancara dengan warga, dokumentasi kegiatan, hingga refleksi terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Selain itu, ater-ater tidak hanya berfungsi sebagai tradisi tahunan, tetapi juga menjadi cerminan identitas budaya masyarakat Madiun dan daerah-daerah lain yang masih melestarikan nya. Di tengah arus modernisasi dan globalisasi yang seringkali menggerus nilai-nilai lokal, pelestarian tradisi seperti ini menjadi penting. Generasi muda perlu dikenalkan dengan praktik-praktik budaya daerahnya agar mereka memiliki kesadaran sejarah dan identitas lokal yang kuat.
Dengan demikian, tradisi "ater-ater" bukan hanya kegiatan berbagi bingkisan menjelang Lebaran, melainkan juga bentuk nyata dari pelaksanaan nilai-nilai sosial, budaya, dan spiritual masyarakat. Dalam konteks pembelajaran sejarah lokal, tradisi ini dapat menjadi media untuk memahami kehidupan masa lalu dan warisan budaya yang masih bertahan hingga kini. Oleh karena itu, pelestarian dan pengenalan tradisi lokal seperti ater-ater sangat relevan dalam membangun pendidikan sejarah yang bermakna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI