Wajar jika yang non-PSHT menganggap kejam, menghujat pelatihnya atapun menyalahkan cara kerja latihannya. Namun toh siswa juga diberi kebebasan memilih, boleh berhenti kalau tidak kuat.
Siswa PSHT memang menganggap latihan terasa berat dan ingin menyerah. Namun kebanyakan dari mereka justru tertantang untuk menyelesaikan hingga akhir. Dan nyatanya ribuan siswa mampu melewati pengesahan setiap tahunnya. Ribuan warga baru dari mereka-mereka yang mungkin sempat cengeng dalam melewati proses.
Ketika berhasil menyelesaikan tahap latihan, maka otomatis semua proses menyakitkan menjadi kenangan yang tak terlupakan. Semua masa menyakitkan selama latihan akan menjadi kenangan yang tidak meyisakan demdam setelah menjadi warga PSHT. Mereka yang telah disahkan hanya senyum-senyum jika mengingat pernah tersiksa dengan latihan. Bahkan mereka malah akur dengan pelatih-pelatih yang pernah memberi materi 'super sadis'.
Nah, masih menganggap PSHT kejam ? Actually hidup lebih kejam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI