Mohon tunggu...
Deviana SaraTappi
Deviana SaraTappi Mohon Tunggu... Akuntansi

Hobi saya menyanyi dan menari

Selanjutnya

Tutup

Financial

Saat Angka Berbohong Bagaimana Akuntansi Forensik Membongkar Fraud Terselubung

2 Oktober 2025   21:26 Diperbarui: 2 Oktober 2025   20:36 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagimana laporan keuangan di manipulasi

Dalam dunia bisnis dan keuangan, angka seringkali dianggap sebagai representasi kebenaran yang objektif. Neraca, laporan laba rugi, maupun arus kas diyakini sebagai cerminan kondisi riil perusahaan. Namun, kenyataannya angka juga bisa berbohong. Manipulasi laporan keuangan, penggelapan dana, hingga rekayasa transaksi dapat membuat data yang seolah-olah meyakinkan ternyata menutupi kejahatan finansial besar. Di balik deretan angka yang rapi, bisa tersimpan praktik curang yang merugikan investor, pemegang saham, bahkan negara. Di sinilah akuntansi forensik memainkan peran krusial untuk membongkar fraud yang terselubung di balik “angka-angka indah” tersebut.

Akuntansi forensik merupakan bidang khusus yang menggabungkan akuntansi, audit, investigasi, dan hukum. Tujuan utamanya adalah mengidentifikasi, menganalisis, serta membuktikan adanya kecurangan atau tindak kriminal finansial. Berbeda dengan audit tradisional yang berfokus pada kewajaran laporan keuangan, akuntansi forensik lebih mendalami detail transaksi untuk menemukan motif, modus, dan pelaku di balik angka-angka yang dimanipulasi. Akuntan forensik ibarat “detektif keuangan” yang mampu menyingkap tabir kebohongan angka dengan teknik investigasi yang sistematis dan berbasis bukti.

Fraud dalam laporan keuangan dapat muncul dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah overstatement aset, di mana perusahaan melaporkan nilai aset yang lebih besar daripada kondisi sebenarnya. Tujuannya biasanya untuk menarik investor atau mempertahankan harga saham. Bentuk lain adalah understatement liabilitas, di mana kewajiban perusahaan dikurangi agar terlihat lebih sehat. Manipulasi pendapatan (revenue recognition fraud) juga umum terjadi, misalnya dengan mencatat penjualan fiktif atau mempercepat pengakuan pendapatan agar laba tampak lebih tinggi. Semua bentuk kecurangan ini menyajikan ilusi kesehatan finansial, padahal di baliknya terdapat kondisi sebaliknya.

Kasus-kasus besar di dunia menunjukkan betapa dahsyat dampak angka yang berbohong. Skandal Enron di awal 2000-an, misalnya, memperlihatkan bagaimana perusahaan energi raksasa di Amerika Serikat merekayasa laporan keuangan untuk menutupi kerugian besar. Begitu pula kasus WorldCom yang melakukan manipulasi akuntansi hingga kerugian mencapai miliaran dolar. Di Indonesia, kasus PT Jiwasraya dan Asabri menjadi contoh nyata bagaimana laporan keuangan yang tampak normal ternyata menyembunyikan skema investasi bermasalah. Semua kasus ini mengguncang kepercayaan publik dan menunjukkan betapa fraud terselubung dapat menghancurkan stabilitas keuangan.

Dalam menghadapi kebohongan angka tersebut, akuntansi forensik menawarkan pendekatan investigatif yang tidak hanya mengandalkan pencocokan angka, tetapi juga analisis pola, logika bisnis, dan bukti digital. Akuntan forensik menggunakan teknik forensic data analytics untuk menelusuri ribuan bahkan jutaan transaksi guna menemukan anomali. Misalnya, deteksi pola transaksi berulang dengan nilai yang tidak wajar, transaksi dengan pihak berelasi yang disamarkan, atau aliran dana yang berpindah secara mencurigakan ke rekening-rekening berbeda. Melalui teknik ini, kebohongan angka yang disusun dengan rapih sekalipun dapat terungkap. Selain itu, akuntansi forensik juga memanfaatkan teknologi digital. Di era big data, akuntan forensik dilengkapi perangkat lunak canggih yang mampu menganalisis volume data besar dengan cepat. Teknologi artificial intelligence (AI) digunakan untuk mengidentifikasi outlier atau pola transaksi abnormal yang bisa jadi indikasi fraud. Blockchain, yang seringkali dipakai untuk transaksi aset digital, juga dapat menjadi sumber bukti karena sifatnya yang transparan dan immutable (tidak bisa diubah). Dengan menggabungkan kemampuan akuntansi tradisional dan teknologi modern, akuntan forensik mampu membongkar kebohongan angka yang disamarkan dengan teknik kompleks.

Peran akuntansi forensik tidak hanya sebatas deteksi, tetapi juga pembuktian hukum. Dalam kasus fraud, bukti yang diperoleh akuntan forensik harus dapat dipertanggungjawabkan di pengadilan. Oleh karena itu, mereka menyusun laporan investigasi yang sistematis, mendetail, dan berbasis fakta. Laporan tersebut biasanya memuat kronologi kejadian, metode investigasi, analisis transaksi, hingga identifikasi pihak-pihak yang terlibat. Dengan bukti yang kuat, akuntansi forensik berkontribusi langsung pada proses penegakan hukum dan pemulihan kerugian finansial.

Di tingkat organisasi, keberadaan akuntansi forensik memberikan manfaat strategis. Perusahaan yang memiliki sistem deteksi fraud berbasis forensik akan lebih siap menghadapi potensi kecurangan. Misalnya, dengan menerapkan sistem whistleblowing, memperkuat internal control, serta melakukan audit forensik secara berkala. Hal ini penting karena biaya pencegahan fraud jauh lebih rendah dibandingkan kerugian yang ditimbulkan ketika kecurangan telah terjadi. Lebih dari itu, penerapan akuntansi forensik juga meningkatkan kepercayaan investor, menjaga reputasi perusahaan, dan mendukung prinsip good corporate governance.

Namun, membongkar angka yang berbohong bukanlah tugas yang mudah. Tantangan yang dihadapi akuntan forensik semakin kompleks di era digital. Pertama, kecepatan transaksi digital membuat fraud lebih sulit dilacak. Dana dapat berpindah lintas negara dalam hitungan detik, melibatkan banyak rekening dan platform. Kedua, pelaku fraud kerap menggunakan teknik canggih seperti layering dalam money laundering, yaitu memecah aliran dana ke dalam banyak transaksi kecil agar sulit dideteksi. Ketiga, regulasi di berbagai negara belum sepenuhnya mampu mengantisipasi perkembangan teknologi, sehingga akuntan forensik harus bekerja ekstra dalam menyesuaikan prosedur investigasi dengan kerangka hukum yang berlaku.

Meskipun penuh tantangan, prospek akuntansi forensik di masa depan justru semakin cerah. Kebutuhan terhadap akuntan forensik meningkat seiring kesadaran perusahaan dan pemerintah bahwa fraud bukan hanya persoalan internal, tetapi juga ancaman sistemik bagi perekonomian. Lembaga-lembaga penegak hukum seperti KPK, BPK, dan OJK di Indonesia, serta lembaga internasional seperti SEC di Amerika Serikat, semakin menggandeng akuntan forensik untuk memperkuat investigasi. Di dunia akademik, banyak universitas mulai membuka program studi atau mata kuliah akuntansi forensik agar calon akuntan siap menghadapi tantangan investigasi keuangan modern.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun