Badut: Dari Hiburan Anak hingga Simbol Ketakutan Kolektif
Apa dan Siapa
Badut, tokoh ikonik dengan riasan warna-warni dan senyum lebar, telah lama menjadi bagian dari hiburan manusia. Namun, tokoh yang awalnya dirancang untuk menghibur, terutama anak-anak, perlahan berubah menjadi simbol kengerian. Contoh paling mencolok adalah tokoh Pennywise dari novel karya Stephen King, It, serta Joker, musuh abadi Batman, yang baru-baru ini dihidupkan kembali oleh aktor Joaquin Phoenix. Transformasi ini memunculkan pertanyaan besar: bagaimana badut yang sering menghiasi pesta ulang tahun anak-anak berubah menjadi lambang kejahatan?
Kapan dan Dimana
Fenomena ini telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan puncaknya terjadi pada 1970-an hingga kini. Salah satu titik baliknya adalah ketika pembunuh berantai John Wayne Gacy di Amerika Serikat menggunakan persona badut bernama "Pogo Si Badut" dalam pesta ulang tahun anak-anak. Kemudian, insiden badut-badut menyeramkan yang muncul di Amerika Serikat pada tahun 2016 semakin memperkuat citra badut sebagai sosok menakutkan. Dalam beberapa laporan, badut-badut tersebut terlihat berkeliaran di pinggir jalan, bahkan mencoba memancing orang ke tempat sepi, seperti di Florida dan South Carolina.
Mengapa
Psikologi manusia menjadi kunci untuk memahami mengapa badut bisa menimbulkan ketakutan. Penelitian menunjukkan bahwa sifat ambiguitas pada badut---penampilan yang aneh, riasan yang menyembunyikan emosi, dan perilaku yang tidak dapat diprediksi---merupakan elemen utama yang memicu rasa takut. Psikolog Rami Nader berpendapat bahwa fobia terhadap badut, atau coulrophobia, berasal dari ketidakmampuan seseorang untuk membaca ekspresi asli di balik riasan tebal. Ketidakjelasan ini memunculkan rasa waspada dan ketidaknyamanan yang mendalam.
Bagaimana
Penelitian empiris yang dilakukan oleh seorang psikolog bersama mahasiswanya, Sara Koehnke, pada 2006 memberikan penjelasan lebih jauh. Dalam penelitian ini, lebih dari seribu relawan berpartisipasi untuk mengidentifikasi sifat-sifat yang membuat seseorang tampak menakutkan. Temuan mereka menunjukkan bahwa ketidakterdugaan, seperti pola kontak mata yang aneh atau perilaku non-verbal, adalah pemicu utama. Selain itu, pekerjaan badut secara konsisten dianggap sebagai salah satu profesi paling menyeramkan.
Badut memanfaatkan ambiguitas ini untuk menciptakan rasa tidak nyaman. Senyum besar yang seharusnya membawa kebahagiaan justru menimbulkan pertanyaan: apakah senyum itu tulus? Perilaku jahil badut yang sering kali tidak terduga membuat orang merasa waspada. Lebih jauh, penampilan fisik yang sangat berbeda dari norma---rambut palsu mencolok, hidung merah, pakaian kebesaran---menambah ketidakpastian akan niat mereka.
Kesimpulan
Persepsi kita terhadap badut telah berubah drastis selama berabad-abad. Dari pelawak yang menghibur di era Mesir kuno hingga sosok horor modern yang menimbulkan ketakutan kolektif, badut mencerminkan bagaimana ambiguitas dan ketidakterdugaan dapat memengaruhi psikologi manusia. Di balik riasan tebal dan tawa palsu, ada simbol ketidakpastian yang menggugah rasa takut kita terhadap hal yang tidak kita pahami sepenuhnya.
Disadur oleh dseptana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI