Mohon tunggu...
Deva Umarsyah
Deva Umarsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Love of Wisdom

Membaca adalah senjata tajam yang lebih menyakitkan dari sebutir peluru

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cassandra Complex

6 September 2019   13:00 Diperbarui: 6 September 2019   13:08 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pertanyaannya jika seseorang telah berada diantara dua kondisi tersebut, bagaimana orang tersebut mengatasinya? Pertama, Menjaga kestabilan diri, maksudnya pada saat terjadinya pertengkaran maka dia berusaha agar tetap rileks. Memahami masalah yang sedang dialami, kemudian melakukan verifikasi terhadap masalah tersebut, dan melakukan evaluasi pada segmen mana si A itu salah dan bagian mana si A itu benar.

Kedua, menyampaikan kesalahan orang tersebut dengan baik dan lemah lembut. Hal ini mungkin terlihat sepele namun justru pada bagian ini lah pertengkaran itu muncul, menggunakan kalimat yang jelas dan runut dengan berusaha memperhatikan bagian-bagian sensitif pada kalimat yang akan disampaikan sehingga tidak menyinggung si A. Ketiga, mengakui kesalahan diri. Posisikan diri pada situasi yang memang jelas benar-benar itu merupakan kesalahan dari diri kita sendiri, kemudian segera memberikan klarifikasi, bahwa "Iya benar, Itu Kesalahan saya". Dan jangan menunggu si A untuk mencari kesalahan diri kita yang akan menimbulkan kerumitan dalam menyelesaikan masalah.

Keempat, meminta maaf. Bagian ini merupakan lanjutan dari bagian ketiga, meminta maaf adalah tingkat paling eksistensial bagi seseorang yang sudah mengakui kesalahannya. Dengan meminta maaf maka dia telah berhasil meleburkan suasana. Kelima, jangan egois dan menganggap diri kita sudah benar. Ini bagian yang tersulit, pada saat kita sudah mencapai bagian keempat tadi, artinya kita berhasil meleburkan setengah suasana menjadi normal.

Namun, keegoisan diri akan menaikkan kembali masalah yang sudah melebur tadi apabila kedua belah pihak saling meninggikan ego satu sama lain. Sebab sifat egois adalah musuh utama yang akan dialami oleh orang yang sedang bertengkar. Maka sifat ini perlu diperhatikan agar kedepannya masalah yang timbul tidak muncul lagi.

Contoh diatas, merupakan salah satu bagian dari Teori Cassandra Complex, pertengkaran akan mengakibatkan seseorang mengalami kerusakan terhadap bathinnya dimana jiwanya tergores akibat dari pengalaman eksistensial (nyata) yang memilukan dan harus dihadapi oleh orang yang bersangkutan sehingga orang tersebut akan mengalami goncangan yang begitu hebat seperti stres atau trauma bahkan tidak menutup kemungkinan akan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Maka dari itu perlu kita perhatikan, bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Setiap orang mempunyai kemampuan berbeda dan cara berbeda ketika mengalami masalah serta mencari solusi yang kongkrit. Dari teori Cassandra Complex ini kita bisa memetik pelajaran berharga, bahwa setiap manusia berhak untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Berhak untuk bahagia, berhak untuk tertawa, dan lain sebagainya.

Ketika menghadapi masalah, maka orang lain juga berhak dan wajib untuk menolong agar masalah nya berkurang, dan lebih esensialnya dia berhasil menyelamatkan satu nyawa manusia. Meskipun dengan tindakan yang sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun