Mohon tunggu...
Anastasia Wulandari
Anastasia Wulandari Mohon Tunggu... -

deui chan ga kawaii

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Penafsiran Pentateukh

7 November 2012   14:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:48 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pentateukh adalah sebuah dokumen kuno yang sejak berabad-abad diselidiki. Direnungkan, dipelajari pleh para ahli dari tiga tradisi agama besar Yahusi, Kristen Protestan, dan Katolik. Perkembangan studi kritis historis yang dipacu dengan aneka macam kemajuan ilmu pengetahuan di bidang-bidang profan seperti sejarah, arkeologi, linguistik, dan sebagainya mempunyai pengaruh amat besar terhadap studi tentang Alkitab, khususnya Pentateukh.

Hasil yang nyata dari hasil penelitian kritis seperti itu adalah teori yang menyatakan bahwa Pentateukh disusun berdasarkan sumber-sumber yang berasal dari periode dan latar belakang yang berbeda. Sekarang ini semakin banyak orang yang menerima bahwa Pentateukh terdiri dari sumber-sumber yang biasanya disebut dengan sumber-sumber J (Yahwista), E (Elohista), P (Priester), dan D (Deuteronomis).

Sebagai suatu dokumen dari zaman antik, kiranya tidak mengherankan bahwa Pentateukh sudah ditafsirkan bahkan sejak permulaan. Bahkan dalam Perjanjian Lama sendiri sudah terdapat tanda-tanda kegiatan penafsiran. Beberapa teks hukum akan kelihatan bagaiaman teks-teks tersebut sudah mengalami penafsiran. Dalam membahas sejarah penafsiran Pentateukh beberapa pembatasan perlu dibuat berdasarkankesempatan dan relevansi. Pembahasan tentang penafsiran Pentateukh di dalam Perjanjian Lama, akan menjadi suatu bidang studi tersendiri dan tidak bisa sekedar disinggung dalam konteks topik kita. Demikian juga halnya sejarah penafsiran Pentateukh pada periode awal kekristenan seperti bisa dilihat dalam tulisan-tulisan para Bapa Gereja.

a.Apakah Musa sebagai Pengarang Pentateukh?

Sudah sejak zaman kuno diterima tanpa ragu-ragu dalam tradisi Yunani dan Kristiani bahwa Pentateukh ditulis oleh Musa sendiri. Tetapi gagasan tersebut mulai dipertanyakan oleh seorang rabi besar yang bernama Abrahan Ibn Ezra dari Spanyol. Menuru Abraham Ibn Ezra, ada beberapa teks Pentateukh yang amat sulit dikaitkan dengan Musa sebagai pengarangnya. Karena takut akan sanksi religius maka Abraham Ibn Ezra menuliskannya dengan tersembunyi. Gagasan Abraham Ibn Ezra kemudian diungkapkan dalam bahasa yang lebih jelas oleh Baruch Spinoza (1632-1677) dalam karyanya yang berjudul Tractstus. Akibatnya, Spinoza dikucilkan dari sinagoga, dan bukunya dimasukkan ke dalam daftar Index (Daftar buku terlarang) oleh Gereja Katolik.

Di kalangan Gereja Katolik, seorang imam Perancis yang bernama Richard Simon yang menjadi pionir studi kritis tentang Pentateukh. Simon tidak menolak bahwa Musa merupakan sumber Pentateukh, tetapi Simon berpendapat bahwa tidak mungkin Musa sendiri menuliskannya. Simon mengusulkan bahwa bentuk final Pentateukh lahir dari tangan para ahli kitab. Akibatnya buku Richard Simon yang berdul Historie Critique du Vienux Testament (1678) pun masuk ke dalam daftar Index.

Demikianlah, anggapan bahwa Musa adalah pengarang Pentateukh, semakin lama tidak bisa bertahan terhadap studi kritis yang semakin hari semakin banyak dilaksanakan. Sekarang ini, pada umumnya, praktis tidak ada lagi orang yang menerima bahwa Musa merupakan pengarang Pentateukh. Meskupun demikian, masih ada juga ahli yang tetap mempertahan Musa sebagai pengarang Pentateukh, kendati mungkin kadarnya tidak seketat sebelumnya.

b.Studi Kritis tentang Pentateukh

Ada teori dokemetaria yang diusulkan oleh Julius Wellhausen (1844-1918) mengatakan bahwa Yahwista (J) yang berasal dari abad 10-9 SM. Nama ini diambil dari penggunaan nama YHWH bahkan sebelum pewahyuan nama tersebut kepada Musa seperti. Karena J lebih banyak menceritakan orang atau tempat yang berada di sebelah selatan Palestina, maka tradisi ini mungkin adalah Palestina selatan. Sumber Elohista (E) mungkin ditulis 2 abad kemudian. Antropomorfisme agak berkurang; hubungan antara Allah dan manusia tidak dilukiskan secara langsung seperti pada tradsisi J, melainkan melalui mimpi atau malaikat. Pusat kisah adalah di uatara maka asal-usul tradisi ini diperkirakan harus dicari di kerajaan Israel utara. Pada saat kerajaan dihancurkan bahan-bahan E dibawa ke selatan. Sumberketiga adalah tradisi Deuteronomistis (D) yang sekarang kurang lebih terdapat di kitab Ulangan. Sumber terakhir adalah tradisi Para Imam (Jerman: Priester=P). Menurut Wellhausen, tradisi ini muncul pada periode sesudah pembuangan. Sumber ini lalu menjadi kerangka bagi bahan-bahan yang terkumpul dalam J dan E. Sebagian besar tradisi P berisi aturan-aturan ritual dan silsilah yang sekarang terdapat dalam sebagian kitab Keluaran, seluruh kitab Imamat dan bagian pertama kitab Bilangan. Urutan kronologis seperti diusulkan oleh Wallhausen secara umum diterima oleh banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA

Alter, Robert. 1981. The Art of Biblical Narrative. New York: Basic Books.

Groenen. 1980. Pengantar ke dalam Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius.

Murphy, Roland E., 1999. 101 Tanya Jawab tentang Taurat. Refleksi tentang Pentateukh. Jakarta: Obor.

by: Anastasia Dewi Wulandari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun